Aspirin dosis rendah telah lama dianggap sebagai salah satu fondasi pencegahan penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, terutama pada orang dewasa paruh baya dan lansia. Selama bertahun-tahun, banyak orang di atas usia tertentu secara rutin direkomendasikan untuk mengonsumsi “pil kecil” ini setiap hari sebagai bentuk “polis asuransi” untuk jantung mereka. Pemahaman ini didasarkan pada studi-studi sebelumnya yang menunjukkan manfaat aspirin dalam mengurangi pembentukan bekuan darah yang bisa menyumbat arteri. Kesederhanaan dosis rendah, ketersediaan yang luas, dan biaya yang relatif terjangkau menjadikannya pilihan populer dalam upaya pencegahan primer, yaitu mencegah kejadian kardiovaskular pertama pada individu yang belum memiliki riwayat penyakit tersebut.
Baca juga: Perbedaan Aspirin Cardio dan Biasa Jangan Sampai Salah Dosis!
Namun, dunia medis terus berkembang seiring dengan munculnya data dan penelitian baru. Apa yang dulu dianggap sebagai standar emas kini sedang dievaluasi ulang secara kritis. Pergeseran dalam rekomendasi penggunaan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer tidak terjadi secara tiba-tiba. Ini adalah hasil dari akumulasi bukti ilmiah dari studi-studi besar yang lebih baru dan lebih canggih.
Mengapa Pedoman Penggunaan Aspirin Berubah?
Perubahan pedoman penggunaan aspirin dosis rendah didorong oleh evaluasi yang lebih mendalam terhadap keseimbangan antara potensi manfaat pencegahan penyakit kardiovaskular dan risiko efek samping serius, terutama pendarahan. Studi-studi besar terbaru telah memberikan gambaran yang lebih lengkap dibandingkan penelitian sebelumnya.
Evaluasi Ulang Risiko vs. Manfaat Aspirin Dosis Rendah
Penelitian yang lebih baru, seperti studi ARRIVE, ASCEND, dan ASPREE, melibatkan puluhan ribu peserta dan membandingkan penggunaan aspirin dosis rendah dengan plasebo pada populasi yang belum memiliki riwayat penyakit jantung. Hasilnya menunjukkan bahwa manfaat aspirin untuk mencegah kejadian kardiovaskular pertama pada individu dengan risiko rendah hingga sedang ternyata tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya. Meskipun aspirin dapat mengurangi risiko serangan jantung atau stroke iskemik, dampaknya cenderung moderat pada kelompok ini.
Di sisi lain, studi-studi ini secara konsisten menyoroti risiko serius yang terkait dengan penggunaan aspirin dosis rendah setiap hari. Risiko paling signifikan adalah pendarahan, baik di saluran pencernaan (seperti tukak lambung atau pendarahan usus) maupun pendarahan di otak (stroke hemoragik). Meskipun dosisnya rendah, aspirin tetap menghambat fungsi platelet (sel pembeku darah), sehingga meningkatkan kecenderungan pendarahan.
Baca juga: Obat Pengencer Darah: Antikoagulan vs Antiplatelet, Ketahui Bedanya
Peningkatan Risiko Pendarahan Seiring Usia
Temuan kunci dari studi-studi terbaru adalah bahwa risiko pendarahan akibat aspirin dosis rendah meningkat seiring bertambahnya usia. Orang yang lebih tua cenderung memiliki pembuluh darah yang lebih rapuh dan mungkin memiliki kondisi penyerta atau menggunakan obat lain yang meningkatkan risiko pendarahan. Bagi banyak individu di atas usia 60 tahun, risiko pendarahan serius akibat penggunaan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer seringkali melebihi manfaat potensialnya dalam mencegah serangan jantung atau stroke pertama. Inilah alasan utama mengapa pedoman terbaru, seperti dari U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) atau organisasi kardiologi besar lainnya, tidak lagi merekomendasikan aspirin dosis rendah secara rutin untuk pencegahan primer pada orang tua yang belum memiliki riwayat penyakit jantung.
Kemajuan dalam Strategi Pencegahan Lain
Pergeseran pedoman juga dipengaruhi oleh kemajuan signifikan dalam strategi pencegahan penyakit kardiovaskular lainnya yang tidak melibatkan aspirin. Pengelolaan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi (terutama dengan statin), pengendalian gula darah pada penderita diabetes, penghentian merokok, pola makan sehat, dan aktivitas fisik teratur kini menjadi pilar utama pencegahan. Strategi-strategi ini terbukti sangat efektif dalam menurunkan risiko tanpa membawa risiko pendarahan serius. Dengan adanya alternatif pencegahan yang kuat ini, peran aspirin dosis rendah dalam pencegahan primer menjadi kurang sentral.
Pedoman baru menekankan pentingnya pendekatan yang lebih personal, di mana risiko manfaat aspirin dosis rendah harus dievaluasi secara hati-hati untuk setiap individu, dengan mempertimbangkan semua faktor risiko mereka, termasuk risiko pendarahan.
Siapa yang Masih Mendapat Manfaat dari Aspirin untuk Pencegahan Penyakit Jantung?
Meskipun pedoman telah berubah, aspirin dosis rendah masih merupakan terapi yang sangat penting dan direkomendasikan untuk kelompok orang tertentu. Namun, fokusnya kini lebih jelas pada pencegahan sekunder dan pencegahan primer pada kasus yang sangat terpilih.
Pencegahan Sekunder: Prioritas Utama
Kelompok yang paling jelas direkomendasikan untuk mengonsumsi aspirin dosis rendah adalah mereka yang sudah memiliki riwayat penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Ini termasuk individu yang pernah mengalami:
- Serangan jantung (infark miokard).
- Stroke iskemik (stroke akibat sumbatan bekuan darah) atau transient ischemic attack (TIA/stroke ringan).
- Prosedur revaskularisasi, seperti pemasangan stent di arteri koroner atau operasi bypass jantung.
- Penyakit arteri perifer yang signifikan.
Pada kelompok ini, risiko mengalami kejadian kardiovaskular ulang jauh lebih tinggi. Studi-studi secara meyakinkan menunjukkan bahwa manfaat aspirin dosis rendah dalam mencegah kejadian ulang ini secara signifikan lebih besar daripada risiko pendarahan. Bagi sebagian besar pasien dengan riwayat ini, aspirin dosis rendah tetap menjadi komponen kunci dari regimen pengobatan mereka, kecuali ada alasan medis kuat yang melarang penggunaannya.
Pencegahan Primer: Kasus yang Sangat Terpilih
Area di mana pedoman berubah drastis adalah pencegahan primer. Aspirin dosis rendah tidak lagi direkomendasikan secara rutin untuk mencegah kejadian pertama pada semua orang. Namun, ada kelompok yang sangat spesifik yang mungkin masih mendapat manfaat, tetapi keputusan ini harus dibuat setelah evaluasi risiko yang sangat cermat oleh dokter.
Pedoman terbaru, seperti dari USPSTF tahun 2022, merekomendasikan bahwa keputusan untuk memulai aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer harus dipertimbangkan secara individual pada orang dewasa berusia 40 hingga 59 tahun yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun ke depan (dinilai menggunakan kalkulator risiko standar seperti ASCVD Risk Estimator), dan tidak memiliki peningkatan risiko pendarahan. Ambang batas risiko kardiovaskular yang sering digunakan adalah 10% atau lebih dalam 10 tahun.
Faktor Penentu Manfaat Aspirin Dosis Rendah dalam Pencegahan Primer
Keputusan siapa yang perlu minum aspirin jantung untuk pencegahan primer sangat bergantung pada penilaian dua hal utama oleh dokter Anda:
- Estimasi Risiko Penyakit Kardiovaskular Anda: Dokter akan mengevaluasi faktor risiko Anda (usia, jenis kelamin, ras, tekanan darah, kolesterol, status merokok, diabetes, riwayat keluarga) untuk memperkirakan probabilitas Anda mengalami serangan jantung atau stroke dalam 10 tahun ke depan. Aspirin mungkin dipertimbangkan jika risiko ini tergolong tinggi.
- Estimasi Risiko Pendarahan Anda: Dokter akan menilai seberapa tinggi risiko Anda mengalami pendarahan serius jika mengonsumsi aspirin. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko pendarahan akan dibahas di bagian berikutnya. Aspirin tidak direkomendasikan untuk pencegahan primer jika risiko pendarahan Anda dianggap tinggi, meskipun risiko penyakit jantung Anda juga tinggi.
Jadi, bahkan pada kelompok usia 40-59 tahun dengan risiko penyakit jantung tinggi, aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer bukanlah keputusan otomatis. Ini adalah keseimbangan yang rumit antara potensi (tetapi tidak pasti) manfaat pencegahan dan risiko (nyata) dari efek samping pendarahan.
Kelompok dengan Risiko Pendarahan yang Lebih Tinggi: Siapa yang Sebaiknya Menghindari Aspirin?
Salah satu alasan utama pergeseran pedoman adalah pengakuan yang lebih besar terhadap risiko pendarahan akibat penggunaan aspirin dosis rendah, terutama pada kelompok tertentu. Bagi individu dalam kelompok ini, potensi manfaat aspirin dalam mencegah kejadian jantung pertama seringkali tidak sebanding dengan peningkatan risiko komplikasi pendarahan yang serius.
Faktor-faktor yang Meningkatkan Risiko Pendarahan
Beberapa kondisi medis, riwayat kesehatan, atau penggunaan obat lain dapat secara signifikan meningkatkan risiko pendarahan saat mengonsumsi aspirin. Jika Anda memiliki salah satu atau lebih faktor ini, Anda termasuk dalam kelompok yang sebaiknya menghindari aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer:
- Riwayat Tukak Lambung atau Pendarahan Saluran Cerna: Individu yang pernah mengalami tukak atau pendarahan dari saluran pencernaan sangat rentan terhadap pendarahan ulang jika mengonsumsi aspirin.
- Riwayat Stroke Hemoragik: Jika Anda pernah mengalami stroke akibat pecahnya pembuluh darah di otak, mengonsumsi aspirin dapat meningkatkan risiko stroke hemoragik lainnya.
- Gangguan Pembekuan Darah: Kondisi yang memengaruhi kemampuan darah untuk membeku (misalnya, hemofilia) meningkatkan risiko pendarahan, dan aspirin akan memperburuknya.
- Penggunaan Obat Pengencer Darah Lain (Antikoagulan): Mengonsumsi aspirin bersamaan dengan obat antikoagulan atau obat antiplatelet lain secara drastis meningkatkan risiko pendarahan serius.
- Penggunaan Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS) secara Teratur: Menggunakan OAINS (seperti ibuprofen) secara teratur bersamaan dengan aspirin dosis rendah juga meningkatkan risiko tukak lambung dan pendarahan.
- Tekanan Darah Tidak Terkontrol: Memiliki tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol adalah faktor risiko stroke hemoragik. Menambah aspirin dapat meningkatkan risiko ini.
- Usia Lanjut: Usia yang semakin tua secara independen meningkatkan risiko pendarahan saat mengonsumsi aspirin.
Jika Anda memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas, risiko efek samping aspirin dosis rendah jangka panjang, terutama pendarahan, kemungkinan besar lebih besar daripada potensi manfaat pencegahan penyakit jantung pertama. Inilah sebabnya mengapa siapa yang tidak boleh minum aspirin untuk jantung untuk pencegahan primer mencakup sebagian besar orang dengan faktor risiko pendarahan yang signifikan.
Mengapa Risiko Pendarahan Lebih Besar dari Manfaat?
Aspirin bekerja dengan menghambat pembekuan darah, yang berguna untuk mencegah bekuan yang menyumbat arteri. Namun, efek yang sama juga membuat darah lebih sulit membeku saat terjadi luka. Pada seseorang dengan risiko rendah atau sedang untuk serangan jantung/stroke pertama dan risiko pendarahan yang tinggi, kemungkinan terjadinya pendarahan serius akibat aspirin mungkin lebih tinggi daripada kemungkinan dicegahnya serangan jantung/stroke pertama oleh aspirin. Dalam kalkulasi risiko-manfaat ini, keseimbangan menjadi negatif.
Penting: Jangan Bertindak Sendiri!
Mengingat kompleksitas penilaian risiko dan pergeseran pedoman ini, ada satu pesan yang paling penting: Jangan pernah memulai atau menghentikan terapi aspirin dosis rendah tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter Anda.
Mengapa Keputusan Harus Melibatkan Dokter
Menentukan apakah Anda “perlu minum aspirin pencegahan jantung” adalah keputusan medis yang sangat personal. Dokter Anda adalah satu-satunya yang memiliki kualifikasi untuk mengevaluasi semua aspek kesehatan Anda, termasuk:
- Riwayat Kesehatan Lengkap Anda: Kondisi medis yang ada, obat-obatan lain yang sedang Anda konsumsi (termasuk suplemen dan obat bebas), riwayat alergi.
- Faktor Risiko Kardiovaskular Anda: Menggunakan alat penilaian risiko berbasis bukti untuk memperkirakan risiko spesifik Anda.
- Faktor Risiko Pendarahan Anda: Mengidentifikasi kondisi atau obat yang dapat meningkatkan risiko pendarahan pada Anda secara personal.
Dengan informasi ini, dokter dapat menimbang secara cermat potensi manfaat aspirin dalam mencegah penyakit jantung pada kasus spesifik Anda dibandingkan dengan potensi risiko pendarahan pada kasus spesifik Anda. Mereka akan menjelaskan temuan ini kepada Anda dan membantu Anda membuat keputusan yang tepat berdasarkan bukti ilmiah terbaru serta nilai dan preferensi Anda.
Risiko Berhenti Mendadak atau Memulai Tanpa Saran Medis
Menghentikan aspirin dosis rendah secara tiba-tiba, terutama jika Anda menggunakannya untuk pencegahan sekunder, dapat meningkatkan risiko terjadinya kejadian kardiovaskular kembali (efek rebound). Meskipun risiko ini mungkin kurang relevan jika Anda mengonsumsi aspirin untuk pencegahan primer dan ternyata tidak direkomendasikan, tetap saja penting untuk mendiskusikan penghentiannya dengan dokter.
Baca juga: Bahaya Menghentikan Obat Jantung Risiko Serangan & Stroke
Di sisi lain, memulai aspirin dosis rendah tanpa konsultasi dapat menempatkan Anda pada risiko pendarahan yang tidak perlu jika ternyata risiko pendarahan Anda lebih tinggi dari manfaat potensialnya, atau jika Anda memiliki kondisi kontraindikasi.
Intinya, jangan berasumsi berdasarkan usia atau kesehatan umum Anda. Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum membuat perubahan apa pun pada penggunaan aspirin dosis rendah.
Strategi Pencegahan Penyakit Jantung Lain yang Lebih Utama
Sementara perdebatan mengenai aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer terus berkembang, penting untuk diingat bahwa ada strategi pencegahan penyakit kardiovaskular lain yang terbukti efektif, memiliki sedikit atau tanpa risiko serius, dan harus menjadi fokus utama bagi sebagian besar orang. Strategi-strategi ini membentuk fondasi kesehatan jantung dan seringkali memberikan manfaat yang lebih besar daripada aspirin untuk pencegahan primer pada populasi umum.
Ini termasuk:
- Gaya Hidup Sehat: Ini adalah pilar utama pencegahan.
- Pola Makan Sehat: Mengonsumsi makanan kaya buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, protein tanpa lemak, dan lemak sehat. Batasi asupan lemak jenuh dan trans, garam, serta gula tambahan.
- Aktivitas Fisik Teratur: Setidaknya 150 menit aktivitas aerobik intensitas sedang atau 75 menit aktivitas intensitas tinggi per minggu, ditambah latihan kekuatan dua kali seminggu. Aktivitas fisik membantu mengelola berat badan, tekanan darah, kolesterol, dan gula darah.
- Menjaga Berat Badan Ideal: Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Berhenti Merokok: Merokok adalah salah satu faktor risiko terbesar untuk penyakit jantung.
- Mengelola Stres: Stres kronis dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung. Temukan cara sehat untuk mengelola stres.
- Tidur Cukup: Kurang tidur dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Usahakan tidur 7-9 jam per malam.
- Mengelola Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi: Identifikasi dan kelola kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung.
- Mengontrol Tekanan Darah: Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, ikuti saran dokter mengenai perubahan gaya hidup dan obat-obatan.
- Mengontrol Kadar Kolesterol: Jika Anda memiliki kolesterol tinggi, perubahan pola makan, olahraga, dan mungkin obat statin atau obat penurun kolesterol lainnya sesuai anjuran dokter sangat penting.
- Mengelola Diabetes: Jika Anda menderita diabetes, menjaga kadar gula darah tetap terkontrol melalui diet, olahraga, dan pengobatan adalah kunci untuk mencegah komplikasi, termasuk penyakit jantung.
- Pemeriksaan Kesehatan Rutin: Kunjungi dokter secara teratur untuk memeriksa tekanan darah, kolesterol, gula darah, dan faktor risiko lainnya. Deteksi dini dan pengelolaan dini kondisi-kondisi ini sangat penting.
Fokus pada pilar-pilar pencegahan ini seringkali merupakan strategi yang paling kuat dan paling aman untuk menjaga kesehatan jantung Anda dalam jangka panjang, terutama bagi individu yang tidak memiliki risiko penyakit jantung yang sangat tinggi atau yang memiliki risiko pendarahan yang signifikan.
Kesimpulan
Panduan penggunaan aspirin dosis rendah untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular telah bergeser signifikan. Aspirin tidak lagi dianggap terapi rutin untuk semua orang dewasa di atas usia tertentu. Pergeseran ini didasarkan pada bukti baru yang menunjukkan bahwa bagi banyak orang, terutama yang lebih tua dan mereka yang memiliki risiko pendarahan, risiko efek samping serius akibat aspirin lebih besar daripada manfaatnya dalam mencegah serangan jantung atau stroke pertama.
Aspirin dosis rendah tetap penting untuk pencegahan sekunder (pada mereka yang sudah memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke), dan mungkin masih dipertimbangkan untuk pencegahan primer pada individu berusia 40-59 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular yang sangat tinggi dan risiko pendarahan yang rendah. Namun, keputusan ini harus selalu merupakan hasil evaluasi risiko-manfaat yang cermat oleh dokter untuk setiap kasus secara individual.
Fokus utama pencegahan penyakit jantung bagi sebagian besar populasi harus tetap pada pengelolaan gaya hidup sehat dan pengendalian faktor risiko utama lainnya seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
Memahami pedoman terbaru ini sangat penting, tetapi bertindak berdasarkan pemahaman tersebut tanpa bimbingan profesional bisa berbahaya.
Menjaga kesehatan jantung adalah perjalanan yang berkelanjutan dan memerlukan pendekatan yang dipersonalisasi. Jika Anda memiliki pertanyaan tentang risiko penyakit jantung Anda, apakah Anda memerlukan aspirin dosis rendah, atau strategi pencegahan lain yang tepat untuk Anda, sumber informasi terbaik adalah dokter atau profesional kesehatan Anda. Mereka dapat membantu Anda mengevaluasi profil risiko Anda secara menyeluruh dan memberikan rekomendasi berdasarkan bukti terbaru dan kondisi spesifik Anda. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut seputar kesehatan jantung atau mencari cara mudah untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung, Anda dapat mempertimbangkan untuk mengunjungi jantungku.com. Platform ini menawarkan layanan seperti konsultasi dokter jantung online, kalkulator risiko jantung, dan panduan kesehatan yang relevan, membantu Anda mengambil langkah proaktif dalam menjaga kesehatan kardiovaskular Anda dengan bimbingan profesional.
REFERENSI
- U.S. Preventive Services Task Force. (2022). Aspirin Use to Prevent Cardiovascular Disease: Preventive Medication.
- American Heart Association. (2019). 2019 ACC/AHA Guideline on the Primary Prevention of Cardiovascular Disease.
- Mayo Clinic. (2023). Aspirin for preventing heart attack and stroke.
- World Health Organization. (2015). Cardiovascular diseases (cvds).
Tanggapan (0 )