Konsultasi dengan dokter spesialis jantung sekarang! Konsultasi Sekarang →

Blog Jantungku

Kapan Minum Antibiotik: Pahami Beda Infeksi Bakteri Dan Virus

Ketahui kapan minum antibiotik dengan bijak. Artikel ini akan menjelaskan perbedaan mendasar antara infeksi bakteri dan virus, kapan antibiotik benar-benar diperlukan (dan kapan tidak!), serta panduan lengkap aturan pakai yang benar untuk mencegah resistensi antibiotik. Jangan salah langkah dalam menggunakan obat penting ini demi kesehatan Anda dan keluarga.

0
2
Kapan Minum Antibiotik: Pahami Beda Infeksi Bakteri Dan Virus

Memahami kapan dan bagaimana menggunakan antibiotik adalah pengetahuan krusial dalam menjaga kesehatan diri dan komunitas. Di era modern ini, di mana informasi kesehatan begitu mudah diakses, seringkali terjadi kesalahpahaman mengenai fungsi dan kegunaan antibiotik. Banyak orang berpikir antibiotik adalah "obat super" yang bisa menyembuhkan semua jenis infeksi, mulai dari batuk pilek biasa hingga demam tinggi. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, terutama untuk infeksi yang tidak memerlukannya, justru dapat menimbulkan masalah kesehatan yang jauh lebih serius di kemudian hari: resistensi antibiotik. Masalah ini bukan hanya isu lokal, melainkan ancaman kesehatan global yang perlu ditanggapi dengan serius oleh setiap individu. Artikel ini hadir untuk memberikan panduan komprehensif agar Anda memahami perbedaan mendasar antara infeksi bakteri dan virus, kapan seharusnya minum antibiotik, bagaimana aturan pakainya yang benar, dan mengapa mematuhi anjuran dokter adalah langkah terbaik dalam memerangi penyakit serta mencegah kuman menjadi kebal.

Memahami Antibiotik: Pengertian dan Cara Kerja

Sebelum membahas kapan harus menggunakannya, mari kita pahami dulu apa sebenarnya antibiotik itu dan bagaimana cara kerjanya. Antibiotik adalah jenis obat yang secara khusus dirancang untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Kata "antibiotik" sendiri berasal dari bahasa Yunani, 'anti' yang berarti melawan, dan 'bios' yang berarti kehidupan. Dalam konteks ini, yang dilawan adalah kehidupan bakteri.

Cara kerja antibiotik bervariasi tergantung jenisnya. Beberapa antibiotik bekerja dengan cara membunuh bakteri secara langsung. Mereka mungkin merusak dinding sel bakteri, mengganggu proses vital dalam sel bakteri, atau menghambat produksi protein yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Contohnya adalah antibiotik golongan penisilin yang merusak dinding sel bakteri, membuat bakteri pecah dan mati.

Sementara itu, antibiotik lain bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri. Mereka tidak membunuh bakteri secara langsung, tetapi mencegah bakteri untuk berkembang biak. Ini memberikan waktu bagi sistem kekebalan tubuh kita untuk membersihkan bakteri yang tersisa. Contohnya adalah antibiotik golongan tetrasiklin yang menghambat sintesis protein bakteri.

Poin yang sangat penting dan perlu diingat adalah: cara kerja spesifik antibiotik ini hanya efektif terhadap struktur dan proses biologis yang ada pada bakteri. Mereka tidak memiliki target atau mekanisme kerja yang serupa pada virus, jamur, atau parasit. Ini adalah fundamental dalam memahami mengapa antibiotik hanya untuk infeksi bakteri dan tidak untuk jenis infeksi lainnya.

Jadi, ketika dokter meresepkan antibiotik, itu karena mereka mengidentifikasi atau sangat curiga adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri, dan mereka memilih jenis antibiotik yang paling efektif untuk melawan jenis bakteri yang kemungkinan besar menyebabkan infeksi tersebut.

Kunci Utama: Perbedaan Infeksi Bakteri dan Virus

Membedakan antara infeksi bakteri dan virus adalah langkah pertama dan paling krusial dalam menentukan apakah antibiotik diperlukan atau tidak. Seringkali, gejala awal dari kedua jenis infeksi ini bisa sangat mirip, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, atau nyeri otot. Namun, penyebabnya berbeda, dan perbedaan penyebab inilah yang menentukan jenis pengobatan yang efektif.

Infeksi bakteri disebabkan oleh mikroorganisme uniseluler yang disebut bakteri. Bakteri bisa hidup di mana saja, termasuk di dalam dan di luar tubuh kita. Beberapa bakteri bersifat komensal atau bahkan bermanfaat (misalnya, bakteri baik di usus), namun ada juga bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit.

Sebaliknya, infeksi virus disebabkan oleh virus. Virus adalah agen infeksius yang jauh lebih kecil dari bakteri dan memerlukan sel inang untuk berkembang biak. Virus menyuntikkan materi genetiknya ke dalam sel tubuh kita dan mengambil alih mesin sel untuk membuat salinan dirinya. Proses ini merusak sel inang dan menyebabkan gejala penyakit.

Karena struktur dan cara hidup bakteri dan virus sangat berbeda, obat yang efektif untuk melawan satu jenis tidak akan efektif untuk melawan jenis lainnya. Antibiotik, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dirancang untuk menyerang bakteri. Mereka tidak memiliki efek apapun terhadap virus. Menggunakan antibiotik untuk infeksi virus sama sekali tidak akan membantu penyembuhan, bahkan bisa menimbulkan dampak negatif.

Ciri-ciri Infeksi Bakteri

Meskipun sulit dibedakan tanpa pemeriksaan medis, ada beberapa ciri umum yang *seringkali* (tapi tidak selalu) dikaitkan dengan infeksi bakteri:

  • Gejala Cenderung Lokal dan Lebih Parah di Area Tertentu: Misalnya, nyeri dan bengkak hebat pada satu persendian (artritis septik), nyeri saat buang air kecil dan demam tinggi (infeksi saluran kemih/ISK), atau batuk berdahak kental berwarna hijau/kuning disertai demam tinggi dan sesak napas (pneumonia bakterial).
  • Gejala Lebih Persisten atau Memburuk Setelah Beberapa Hari: Infeksi virus seringkali memuncak dalam beberapa hari dan kemudian perlahan membaik. Infeksi bakteri cenderung bertahan lebih lama atau justru memburuk seiring waktu tanpa pengobatan.
  • Dahak, Lendir, atau Nanah Berwarna Kental: Meskipun tidak selalu, dahak atau lendir yang kental dan berwarna (hijau, kuning, bahkan cokelat) bisa menjadi indikasi infeksi bakteri, terutama jika disertai gejala lain yang mendukung.
  • Demam Tinggi yang Persisten: Demam tinggi bisa terjadi pada infeksi virus maupun bakteri, namun demam tinggi yang bertahan lama atau kembali naik setelah sempat mereda bisa menjadi indikasi bakteri.

Beberapa contoh penyakit yang umumnya disebabkan oleh bakteri dan *mungkin* memerlukan antibiotik (atas resep dokter) antara lain:

  • Radang tenggorokan akibat bakteri Streptococcus (Strep Throat).
  • Infeksi Saluran Kemih (ISK).
  • Pneumonia bakterial.
  • Sinusitis bakterial akut.
  • Infeksi kulit seperti selulitis.
  • Beberapa jenis infeksi telinga (Otitis media).
  • Tuberkulosis (TBC).

Ciri-ciri Infeksi Virus

Infeksi virus cenderung lebih umum dan seringkali bersifat "self-limiting", artinya dapat sembuh dengan sendirinya seiring waktu dengan bantuan sistem kekebalan tubuh. Ciri-ciri infeksi virus *seringkali* meliputi:

  • Gejala Sistemik dan Menyeluruh: Seperti nyeri otot di seluruh tubuh, kelelahan umum, sakit kepala, demam ringan hingga sedang.
  • Masa Inkubasi Singkat dan Gejala Cepat Muncul: Gejala seringkali muncul 1-3 hari setelah terpapar.
  • Gejala Khas Penyakit Umum: Contoh paling jelas adalah gejala flu biasa atau pilek, seperti hidung tersumbat atau meler (biasanya bening atau sedikit putih), bersin-bersin, batuk (seringkali kering), sakit tenggorokan ringan, dan merasa tidak enak badan.
  • Durasi Penyakit Cenderung Lebih Pendek: Sebagian besar infeksi virus, seperti flu biasa, akan membaik dalam 7-10 hari.

Contoh penyakit yang paling umum disebabkan oleh virus dan *tidak* memerlukan antibiotik:

  • Flu biasa (Common Cold).
  • Sebagian besar batuk dan pilek.
  • Sebagian besar sakit tenggorokan (kecuali dicurigai Strep Throat).
  • Bronkitis akut ringan (radang saluran napas yang seringkali mengikuti pilek).
  • Flu (Influenza).
  • Penyakit tangan, kaki, dan mulut (Hand, Foot, and Mouth Disease).
  • Cacar air (Chickenpox).
  • Campak (Measles).
  • Sebagian besar kasus diare akut.
  • COVID-19 (penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2).

Meskipun ada panduan umum ini, perlu diingat bahwa hanya profesional medis yang dapat membuat diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, dan terkadang tes laboratorium (seperti kultur bakteri atau tes cepat untuk virus tertentu).

Kapan Antibiotik Diperlukan dan Kapan Tidak?

Berdasarkan penjelasan di atas, aturan dasarnya sangat jelas: antibiotik hanya diperlukan untuk mengobati infeksi bakteri yang telah didiagnosis atau sangat dicurigai oleh dokter. Mereka sama sekali tidak efektif untuk infeksi virus.

Kondisi yang Memerlukan Antibiotik

Antibiotik diperlukan ketika dokter, setelah melakukan pemeriksaan dan evaluasi, memutuskan bahwa penyakit yang diderita pasien kemungkinan besar disebabkan oleh bakteri dan membutuhkan intervensi antibiotik. Keputusan kapan dokter meresepkan antibiotik didasarkan pada beberapa faktor:

  • Diagnosis Jelas Infeksi Bakteri: Contohnya, hasil kultur tenggorokan positif untuk bakteri Streptococcus, atau hasil tes urin menunjukkan pertumbuhan bakteri yang signifikan.
  • Gejala Khas Infeksi Bakteri yang Lebih Parah: Misalnya, pneumonia dengan bukti infeksi bakteri pada rontgen dada, atau ISK dengan gejala klasik yang parah.
  • Kondisi Pasien: Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah mungkin memerlukan antibiotik untuk infeksi yang pada orang sehat bisa diatasi sendiri.
  • Tingkat Keparahan Penyakit: Infeksi bakteri yang ringan mungkin tidak selalu memerlukan antibiotik, tetapi infeksi yang parah atau mengancam jiwa hampir selalu memerlukan antibiotik.

Jadi, jika Anda mengalami gejala sakit, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan mengevaluasi kondisi Anda, menentukan apakah infeksi disebabkan bakteri atau virus, dan meresepkan pengobatan yang paling sesuai. Jangan pernah mengambil keputusan sendiri untuk minum antibiotik berdasarkan gejala saja.

Kondisi yang TIDAK Memerlukan Antibiotik

Sangat penting untuk memahami bahwa sebagian besar infeksi yang menyebabkan kita sakit sehari-hari, seperti flu biasa, sebagian besar batuk dan pilek, serta sebagian besar sakit tenggorokan, disebabkan oleh virus. Dalam kasus ini, antibiotik sama sekali tidak diperlukan dan tidak akan membantu penyembuhan.

Skenario paling umum di mana antibiotik sering disalahgunakan adalah untuk mengobati flu dan batuk biasa. Banyak orang bertanya, apakah flu perlu antibiotik? Jawabannya tegas: Tidak. Flu (influenza) dan flu biasa (common cold) keduanya disebabkan oleh virus. Menggunakan antibiotik untuk kondisi ini tidak hanya tidak efektif, tetapi juga berkontribusi pada masalah resistensi antibiotik.

Gejala infeksi virus seringkali dapat diatasi dengan perawatan suportif di rumah, seperti istirahat cukup, minum banyak cairan, dan menggunakan obat-obatan pereda gejala yang dijual bebas (misalnya, pereda demam atau pereda nyeri tenggorokan) sesuai petunjuk. Tubuh kita memiliki kemampuan luar biasa untuk melawan infeksi virus dengan sistem kekebalan tubuh kita sendiri.

Aturan Pakai Antibiotik yang Tepat: Menggunakan Antibiotik dengan Benar

Jika dokter telah mendiagnosis Anda dengan infeksi bakteri dan meresepkan antibiotik, maka tanggung jawab Anda selanjutnya adalah menggunakan antibiotik dengan benar sesuai aturan pakai yang diberikan. Ini bukan hanya soal kesembuhan Anda sendiri, tetapi juga kontribusi Anda dalam mencegah penyebaran resistensi antibiotik.

Cara menggunakan antibiotik dengan benar meliputi:

Dosis dan Jadwal Minum

Antibiotik harus diminum tepat sesuai dosis dan jadwal yang ditentukan oleh dokter. Jika resep mengatakan satu tablet tiga kali sehari, itu berarti setiap 8 jam (pagi, siang, malam), bukan hanya saat Anda ingat atau saat gejala kambuh. Mengapa ini penting? Karena dosis dan jadwal yang teratur memastikan bahwa kadar antibiotik dalam darah Anda tetap stabil dan berada pada tingkat yang cukup tinggi untuk secara efektif membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab infeksi. Jika dosis terlewat atau jadwal tidak teratur, kadar obat bisa turun di bawah ambang batas efektif, memberi kesempatan bagi bakteri untuk bertahan hidup dan bahkan beradaptasi.

Durasi Pengobatan Harus Dihabiskan

Ini mungkin adalah aturan paling krusial dan seringkali dilanggar: antibiotik harus dihabiskan seluruhnya sesuai dengan resep dokter, bahkan jika Anda merasa sudah sehat atau gejala sudah hilang sepenuhnya dalam beberapa hari pertama pengobatan. Ini adalah poin penting dalam "aturan pakai antibiotik" dan cara "menggunakan antibiotik dengan benar".

Mengapa antibiotik harus dihabiskan? Saat Anda mulai minum antibiotik, bakteri penyebab infeksi mulai mati. Gejala Anda membaik karena jumlah bakteri berkurang secara signifikan. Namun, biasanya masih ada sejumlah kecil bakteri yang tersisa di dalam tubuh Anda, terutama bakteri yang mungkin sedikit lebih kuat atau sedikit lebih resisten terhadap antibiotik. Jika Anda menghentikan pengobatan terlalu cepat (bahaya tidak habiskan antibiotik), bakteri yang lebih lemah mungkin sudah mati, tetapi bakteri yang paling kuat (atau paling resisten) justru bertahan hidup karena paparan antibiotik tidak cukup lama atau cukup kuat untuk membunuh mereka. Bakteri yang bertahan hidup ini kemudian dapat berkembang biak, dan koloni baru ini akan lebih resisten terhadap antibiotik yang sama. Ini adalah awal dari resistensi antibiotik.

Dengan menghabiskan seluruh dosis antibiotik sesuai resep (misalnya, 7 hari, 10 hari, atau 14 hari sesuai anjuran dokter), Anda memastikan bahwa semua bakteri penyebab infeksi, termasuk yang paling "bandel", telah mati sepenuhnya. Ini sangat penting untuk eradicasi infeksi secara total dan mencegah munculnya bakteri yang resisten.

Poin Penting Lain

  • Instruksi Khusus: Perhatikan apakah antibiotik harus diminum sebelum atau sesudah makan. Beberapa antibiotik lebih baik diserap saat perut kosong, sementara yang lain perlu diminum bersama makanan untuk mengurangi iritasi lambung.
  • Interaksi Obat: Informasikan dokter atau apoteker tentang semua obat lain yang sedang Anda konsumsi (termasuk obat bebas, suplemen, atau herbal) karena beberapa obat dapat berinteraksi dengan antibiotik.
  • Penyimpanan: Simpan antibiotik sesuai petunjuk pada kemasan (suhu ruangan, di kulkas, dll.).
  • Jangan Berbagi: Jangan pernah berbagi antibiotik Anda dengan orang lain, meskipun mereka memiliki gejala yang mirip. Dosis, jenis antibiotik, dan durasi pengobatan harus ditentukan oleh dokter untuk setiap individu.
  • Jangan Gunakan Sisa Antibiotik: Jangan menyimpan sisa antibiotik untuk digunakan di kemudian hari. Jika ada sisa, tanyakan apoteker cara membuangnya dengan aman.

Risiko Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat: Fokus pada Resistensi Antibiotik

Selain tidak efektif untuk infeksi virus, penggunaan antibiotik yang tidak tepat memiliki risiko serius, yang paling utama adalah timbulnya resistensi antibiotik. Ini adalah masalah global yang mengancam kemampuan kita untuk mengobati infeksi bakteri di masa depan.

Mengenal Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah sedemikian rupa sehingga antibiotik yang sebelumnya efektif untuk membunuh atau menghentikan pertumbuhannya kini menjadi tidak ampuh lagi. Ini bukan tubuh manusia yang menjadi kebal, melainkan bakteri itu sendiri yang mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup dari serangan antibiotik.

Bagaimana resistensi bisa terjadi? Ada beberapa mekanisme:

  • Mutasi Genetik: Bakteri dapat mengalami mutasi pada gen mereka secara acak. Beberapa mutasi ini bisa memberikan keuntungan bagi bakteri untuk bertahan hidup saat terpapar antibiotik.
  • Transfer Gen: Bakteri memiliki kemampuan luar biasa untuk bertukar materi genetik (termasuk gen resistensi) dengan bakteri lain, bahkan dari spesies yang berbeda. Ini memungkinkan gen resistensi menyebar dengan cepat di antara populasi bakteri.
  • Penggunaan Antibiotik yang Tidak Tepat: Inilah kontributor terbesar terhadap munculnya resistensi. Ketika antibiotik digunakan secara tidak perlu (untuk infeksi virus) atau digunakan dengan cara yang salah (dosis salah, tidak dihabiskan), bakteri yang terpapar tetapi tidak sepenuhnya mati memiliki kesempatan untuk mengembangkan atau memperoleh mekanisme resistensi. Antibiotik membunuh bakteri yang rentan, meninggalkan bakteri yang lebih kuat atau resisten untuk berkembang biak.

"Kuman kebal antibiotik" adalah cara awam untuk menggambarkan kondisi ini. Ini berarti infeksi yang disebabkan oleh kuman tersebut tidak lagi bisa diobati dengan antibiotik standar, atau bahkan dengan beberapa jenis antibiotik yang lebih kuat.

Akibat Resistensi Antibiotik

Dampak atau akibat resistensi antibiotik sangat mengerikan, baik bagi individu maupun sistem kesehatan secara keseluruhan:

  • Infeksi Jadi Lebih Sulit Diobati: Infeksi bakteri yang sebelumnya mudah diatasi dengan antibiotik umum (lini pertama) menjadi sulit, membutuhkan antibiotik lini kedua atau ketiga yang mungkin lebih mahal, lebih sulit didapat, dan memiliki efek samping yang lebih serius atau bahaya efek samping minum antibiotik yang lebih besar.
  • Peningkatan Risiko Komplikasi dan Kematian: Jika infeksi sulit diatasi, bakteri dapat terus berkembang biak, menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih parah, dan meningkatkan risiko komplikasi serius, kegagalan organ, dan bahkan kematian.
  • Durasi Sakit dan Rawat Inap yang Lebih Lama: Pasien dengan infeksi resisten cenderung memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama dan mungkin perlu dirawat di rumah sakit lebih lama, meningkatkan biaya perawatan kesehatan.
  • Prosedur Medis Rutin Menjadi Berisiko: Banyak prosedur medis modern, seperti operasi besar, transplantasi organ, kemoterapi, atau perawatan intensif, sangat bergantung pada ketersediaan antibiotik yang efektif untuk mencegah atau mengobati infeksi pasca-prosedur. Dengan meningkatnya resistensi, prosedur ini menjadi jauh lebih berisiko.

Dampak Global Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik bukan hanya masalah bagi individu yang mengalami infeksi resisten, tetapi telah menjadi salah satu ancaman kesehatan masyarakat paling mendesak di tingkat global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pusat pengendalian penyakit di seluruh dunia telah menyuarakan kekhawatiran mendalam tentang "era pasca-antibiotik" di mana infeksi bakteri umum yang sebelumnya mudah diobati bisa kembali menjadi ancaman mematikan.

Dampak resistensi ini meluas ke berbagai sektor. Dalam kedokteran hewan dan pertanian, penggunaan antibiotik juga berkontribusi pada masalah ini, dengan bakteri resisten dapat berpindah antara hewan dan manusia. Lingkungan juga berperan, dengan limbah farmasi yang mengandung antibiotik dapat memicu resistensi di alam.

Menangani resistensi antibiotik memerlukan pendekatan multi-disiplin yang disebut "One Health", yang mengakui bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait. Upaya global sedang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, memperkuat pengawasan, meningkatkan praktik kebersihan, mendorong riset dan pengembangan antibiotik baru, dan yang terpenting, memastikan penggunaan antibiotik yang rasional dan tepat di semua sektor.

Sebagai individu, peran kita dalam mengatasi krisis ini sangat penting. Setiap kali kita menggunakan antibiotik secara tidak tepat, kita turut berkontribusi pada tekanan seleksi yang mendorong bakteri untuk menjadi resisten. Sebaliknya, dengan menggunakan antibiotik hanya ketika benar-benar diperlukan dan sesuai aturan, kita membantu menjaga efektivitas obat-obatan penyelamat hidup ini untuk diri kita sendiri dan generasi mendatang.

Kesimpulan dan Saran Medis

Memahami perbedaan mendasar antara infeksi bakteri dan virus adalah langkah pertama dalam menggunakan antibiotik secara bijak. Ingatlah, antibiotik hanya efektif melawan bakteri dan tidak akan bekerja untuk infeksi virus seperti flu biasa atau sebagian besar batuk dan pilek. Menggunakan antibiotik untuk infeksi virus adalah sia-sia dan berbahaya karena berkontribusi pada masalah resistensi antibiotik.

Ancaman resistensi antibiotik atau kuman kebal antibiotik adalah nyata dan serius. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat—seperti tidak menghabiskan seluruh dosis yang diresepkan, menggunakan sisa antibiotik, atau menggunakannya untuk infeksi virus—mempercepat proses ini. Ini membuat infeksi bakteri di masa depan menjadi lebih sulit, lebih mahal, dan terkadang tidak mungkin diobati.

Oleh karena itu, saran medis yang paling penting dan harus selalu Anda ikuti adalah:

Selalu konsultasikan dengan dokter sebelum minum antibiotik. Jangan pernah mengobati diri sendiri dengan antibiotik atau mendesak dokter untuk meresepkan antibiotik jika mereka mengatakan infeksi Anda disebabkan oleh virus.

Jika dokter meresepkan antibiotik, pastikan Anda memahami dan mematuhi semua aturan pakai: dosis, jadwal, dan yang terpenting, habiskan seluruh resep sesuai durasi yang ditentukan, bahkan jika Anda sudah merasa lebih baik. Ini adalah cara menggunakan antibiotik dengan benar.

Dengan bertindak bijak dan bertanggung jawab dalam penggunaan antibiotik, kita semua berperan aktif dalam menjaga efektivitas obat-obatan penting ini dan melindungi kesehatan diri sendiri, keluarga, dan komunitas global dari ancaman resistensi antibiotik. Kesehatan adalah aset berharga, mari kita jaga bersama dengan pengetahuan yang tepat dan tindakan yang bertanggung jawab.

Referensi

  • World Health Organization (WHO). Antibiotic resistance. Available at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance
  • Centers for Disease Control and Prevention (CDC). About Antibiotic Resistance. Available at: https://www.cdc.gov/drugresistance/about
  • National Health Service (NHS). Antibiotics. Available at: https://www.nhs.uk/conditions/antibiotics/

Untuk informasi kesehatan yang komprehensif dan layanan kesehatan terpercaya, kunjungi Jantungku untuk mendapatkan akses ke berbagai fitur kesehatan, mulai dari konsultasi hingga panduan hidup sehat.

JantungkuJ
DITULIS OLEH

Jantungku

Solusi kesehatan jantung digital - Konsultasi dokter spesialis kapan saja

Tanggapan (0 )