Konsultasi dengan dokter spesialis jantung sekarang! Konsultasi Sekarang →

Blog Jantungku

Penyakit Fabry: Kelainan Langka yang Mirip Penyakit Jantung

Penyakit Fabry merupakan sebuah kelainan genetik langka yang sering kali tidak dikenali atau salah didiagnosis selama bertahun-tahun. Sebagai penyakit penyimpanan lisosomal, Fabry dapat memengaruhi berbagai sistem organ dalam tubuh, termasuk ginjal, sistem saraf, kulit, dan yang tak kalah penting, jantung. Manifestasi pada jantung inilah yang sering kali menjadi tantangan dalam diagnosis, sebab gejalanya bisa sangat […]

0
3
Penyakit Fabry: Kelainan Langka yang Mirip Penyakit Jantung

Penyakit Fabry merupakan sebuah kelainan genetik langka yang sering kali tidak dikenali atau salah didiagnosis selama bertahun-tahun. Sebagai penyakit penyimpanan lisosomal, Fabry dapat memengaruhi berbagai sistem organ dalam tubuh, termasuk ginjal, sistem saraf, kulit, dan yang tak kalah penting, jantung. Manifestasi pada jantung inilah yang sering kali menjadi tantangan dalam diagnosis, sebab gejalanya bisa sangat mirip dengan kondisi jantung yang jauh lebih umum, seperti kardiomiopati hipertrofik (HCM). Mengingat kompleksitas gejala dan potensi kerusakan organ yang serius, pemahaman yang mendalam tentang Penyakit Fabry serta pentingnya diagnosis dini sangat krusial, tidak hanya bagi para profesional kesehatan tetapi juga bagi masyarakat umum.

Memahami Penyakit Fabry: Kelainan Genetik Langka

Apa Itu Penyakit Fabry?

Penyakit Fabry adalah penyakit genetik langka yang diturunkan secara X-linked (terkait kromosom X). Penyakit ini termasuk dalam kelompok penyakit penyimpanan lisosomal. Lisosom adalah organel kecil di dalam sel yang bertindak seperti ‘pusat daur ulang’, menggunakan enzim untuk memecah berbagai jenis molekul, termasuk lipid (lemak). Pada Penyakit Fabry, terjadi kekurangan atau disfungsi pada enzim tertentu yang disebut alfa-galaktosidase A (α-Gal A). Enzim ini bertanggung jawab memecah suatu jenis lipid kompleks bernama globotriaosylceramide (Gb3), atau kadang disebut juga ceramide trihexoside (CTH). Karena enzim α-Gal A tidak berfungsi dengan baik, Gb3 tidak dapat dipecah secara efisien dan akhirnya menumpuk di lisosom berbagai sel di seluruh tubuh. Penumpukan Gb3 inilah yang menyebabkan kerusakan progresif pada sel dan jaringan di berbagai organ, memicu timbulnya gejala dan komplikasi yang terkait dengan Penyakit Fabry.

Mengapa Penyakit Fabry Sering Menyerupai Penyakit Jantung Lain?

Salah satu organ yang paling sering dan parah terpengaruh oleh penumpukan Gb3 adalah jantung. Penumpukan lipid ini terjadi di sel-sel otot jantung (kardiomiosit), sel-sel pembuluh darah, dan bahkan sistem konduksi listrik jantung. Akumulasi Gb3 di kardiomiosit menyebabkan sel-sel tersebut membesar dan dinding otot jantung menjadi menebal, terutama pada bilik kiri (ventrikel kiri). Kondisi penebalan dinding jantung ini secara medis dikenal sebagai hipertrofi ventrikel kiri. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan ciri khas dari Kardiomiopati Hipertrofik (HCM), sebuah penyakit jantung genetik lain yang lebih umum.

Karena manifestasi jantung pada Penyakit Fabry (sering disebut juga Kardiomiopati Fabry atau HCM Fabry) sangat mirip dengan HCM ‘biasa’ pada pencitraan jantung seperti ekokardiografi atau MRI, Penyakit Fabry sering kali tidak dicurigai sebagai penyebab mendasar dari penebalan dinding jantung. Hal ini menyebabkan banyak pasien dengan Penyakit Fabry mungkin didiagnosis menderita HCM tanpa diketahui bahwa penyebabnya adalah kelainan genetik yang spesifik.

Pentingnya Mengenali Kondisi Langka Seperti Ini

Meskipun Penyakit Fabry tergolong langka dibandingkan HCM, mengenali kondisinya memiliki arti yang sangat penting. Alasan utamanya adalah keberadaan terapi spesifik yang menargetkan akar penyebab penyakit, yaitu kekurangan enzim α-Gal A. Terapi ini dikenal sebagai Terapi Penggantian Enzim (ERT). Jika Fabry salah didiagnosis sebagai HCM atau penyakit jantung lainnya, pasien tidak akan mendapatkan akses ke ERT yang berpotensi memperlambat atau bahkan mencegah kerusakan organ lebih lanjut pada jantung, ginjal, sistem saraf, dan organ lainnya. Diagnosis dini Penyakit Fabry memungkinkan dimulainya ERT pada tahap awal penyakit, sebelum terjadi kerusakan yang tidak dapat kembali normal (ireversibel) yang signifikan. Selain itu, diagnosis Fabry juga penting untuk skrining dan konseling genetik pada anggota keluarga pasien, karena penyakit ini diturunkan dan mungkin ada anggota keluarga lain yang juga menderita atau berisiko tinggi.

Penyebab, Warisan Genetik, dan Gejala Multisistemik Fabry

Penyakit Penyimpanan Lisosomal dan Genetika Fabry

Apa itu Penyakit Lisosomal?

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Penyakit Fabry adalah salah satu dari sekitar 50 jenis penyakit penyimpanan lisosomal yang diketahui. Penyakit-penyakak ini disebabkan oleh defek pada enzim lisosom, protein transporter, atau protein lain yang terlibat dalam fungsi lisosom. Normalnya, lisosom berfungsi untuk memecah dan mendaur ulang molekul-molekul kompleks yang tidak dibutuhkan lagi oleh sel. Jika enzim spesifik tidak berfungsi, material yang seharusnya dipecah akan menumpuk di dalam lisosom, menyebabkan lisosom membesar dan mengganggu fungsi normal sel. Penumpukan material ini bisa bersifat toksik dan merusak sel serta jaringan seiring waktu, menyebabkan disfungsi organ yang progresif.

Bagaimana Penyakit Fabry Diturunkan?

Penyakit Fabry disebabkan oleh mutasi pada gen GLA, yang terletak pada kromosom X. Gen GLA bertanggung jawab untuk menghasilkan enzim α-Gal A. Karena laki-laki memiliki satu kromosom X dan satu kromosom Y, mutasi pada gen GLA pada kromosom X tunggal yang mereka miliki umumnya akan menyebabkan kekurangan enzim yang signifikan dan manifestasi penyakit yang lebih parah.

Wanita memiliki dua kromosom X. Jika salah satu kromosom X membawa mutasi gen GLA, mereka disebut sebagai pembawa (carrier). Namun, karena adanya proses acak yang disebut inaktivasi kromosom X, di mana salah satu kromosom X pada setiap sel wanita secara acak ‘dimatikan’, tingkat aktivitas enzim α-Gal A pada wanita pembawa bisa sangat bervariasi. Beberapa wanita mungkin memiliki aktivitas enzim yang hampir normal di sebagian besar sel mereka dan hanya menunjukkan gejala ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali (asimtomatik). Namun, banyak juga wanita pembawa yang mengalami gejala Penyakit Fabry yang signifikan dan sama parahnya dengan laki-laki, meskipun kemunculan gejalanya (onsetnya) mungkin lebih lambat. Ini menjelaskan mengapa Penyakit Fabry, meskipun terkait-X, dapat memengaruhi kedua jenis kelamin, meskipun manifestasi klasiknya lebih sering dan parah pada laki-laki.

Baca juga: Tes Genetik Jantung Memahami Risiko Penyakit Bawaan Keluarga

Gejala Penyakit Fabry di Berbagai Organ

Gejala Penyakit Fabry sangat bervariasi, tergantung pada jenis mutasi, aktivitas enzim yang tersisa, dan jenis kelamin. Ini adalah penyakit multisistemik, yang berarti dapat memengaruhi banyak bagian tubuh. Gejala biasanya dimulai pada masa kanak-kanak atau remaja.

Gejala Awal yang Terkadang Terabaikan

Pada anak-anak dan remaja, gejala awal yang paling umum adalah nyeri berulang dan parah, terutama pada tangan dan kaki. Nyeri ini sering digambarkan sebagai sensasi terbakar atau seperti ditusuk-tusuk (acroparesthesias) dan dapat dipicu oleh perubahan suhu, olahraga, atau stres. Gejala awal lainnya termasuk intoleransi terhadap panas dan dingin serta penurunan kemampuan berkeringat (hipohidrosis atau anhidrosis), yang dapat menyebabkan risiko kelelahan akibat panas. Masalah pencernaan seperti sakit perut, diare, atau sembelit juga sering terjadi di usia muda.

Tanda kulit yang khas namun sering tidak dikenali adalah bintik-bintik merah keunguan kecil (angiokeratomas), yang biasanya muncul berkelompok, terutama di sekitar pusar, selangkangan, atau bokong. Perubahan pada mata, seperti kekeruhan kornea berbentuk pusaran (cornea verticillata), juga bisa menjadi tanda awal yang terlihat pada pemeriksaan mata, meskipun biasanya tidak memengaruhi penglihatan.

Dampak pada Ginjal, Saraf, dan Organ Lain

Seiring bertambahnya usia, penumpukan Gb3 terus berlanjut dan menyebabkan kerusakan progresif pada organ-organ vital lainnya:

  • Ginjal: Merupakan salah satu organ yang paling rentan terhadap kerusakan parah. Penumpukan Gb3 di sel-sel ginjal (terutama sel glomerulus dan tubulus) menyebabkan proteinuria (protein dalam urin), penurunan fungsi ginjal, hipertensi, dan akhirnya gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal. Ini adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Penyakit Fabry yang tidak diobati.
  • Sistem Saraf: Penumpukan Gb3 di pembuluh darah otak dapat meningkatkan risiko Transient Ischemic Attack (TIA) dan stroke di usia muda, bahkan pada usia 20-an atau 30-an. Kerusakan pada saraf perifer juga menyebabkan nyeri dan sensasi abnormal yang sudah disebutkan sebelumnya.
  • Telinga: Gangguan pendengaran (biasanya frekuensi tinggi) dan tinitus (dering di telinga) adalah manifestasi umum.
  • Paru-paru: Meskipun kurang umum, penumpukan Gb3 dapat menyebabkan masalah pernapasan dan penyakit paru obstruktif kronis.

Variasi gejala Penyakit Fabry yang luas dan tumpang tindih dengan kondisi lain sering kali menunda diagnosis selama bertahun-tahun.

Penyakit Fabry dan Jantung: Hubungan yang Erat

Seperti yang telah disinggung, keterlibatan jantung adalah aspek krusial dari Penyakit Fabry. Kerusakan jantung merupakan penyebab utama kedua kematian pada pasien Penyakit Fabry, setelah komplikasi ginjal.

Bagaimana Penumpukan Gb3 Merusak Jantung?

Penumpukan Gb3 di jantung tidak hanya terbatas pada sel otot. Lipid ini juga menumpuk di sel-sel otot polos pembuluh darah koroner kecil, sel-sel katup jantung, dan sel-sel sistem konduksi listrik jantung. Akibatnya, Penyakit Fabry dapat menyebabkan berbagai masalah kardiovaskular:

  • Hipertrofi Ventrikel Kiri: Ini adalah manifestasi jantung yang paling umum dan sering menjadi tanda yang memicu kecurigaan, terutama jika ditemukan pada pasien dengan riwayat keluarga atau gejala lain yang mengarah ke Fabry. Penebalan ini menyebabkan dinding jantung menjadi kaku dan kurang efisien dalam memompa darah.
  • Fibrosis Miokard: Seiring waktu, penumpukan Gb3 dan stres pada sel jantung menyebabkan pembentukan jaringan parut (fibrosis) di otot jantung. Fibrosis ini semakin mengganggu fungsi pompa jantung dan dapat menyebabkan aritmia (gangguan irama jantung).
  • Penyakit Katup Jantung: Katup mitral dan aorta bisa menjadi menebal dan kaku akibat penumpukan Gb3, menyebabkan kebocoran (regurgitasi) atau penyempitan (stenosis) katup, yang lebih lanjut membebani jantung.
  • Aritmia dan Gangguan Konduksi: Penumpukan Gb3 di sistem konduksi listrik jantung dapat menyebabkan berbagai jenis aritmia, termasuk bradikardia (denyut lambat), blok jantung, takikardia supraventrikular, dan fibrilasi atrium. Aritmia ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar), pusing, pingsan, atau bahkan meningkatkan risiko stroke.
  • Iskemia Miokard (Angina): Meskipun pembuluh darah besar koroner biasanya normal, penebalan dinding pembuluh darah kecil koroner (penyakit mikrovaskular) akibat penumpukan Gb3 dapat membatasi aliran darah ke otot jantung, menyebabkan nyeri dada (angina), terutama saat beraktivitas.
  • Gagal Jantung: Kombinasi hipertrofi, fibrosis, penyakit katup, dan aritmia dapat secara progresif menyebabkan penurunan fungsi pompa jantung, berujung pada gagal jantung.

Membedakan Penebalan Dinding Jantung Akibat Fabry (HCM Fabry)

Penting untuk membedakan penebalan dinding jantung pada Fabry dari bentuk HCM lainnya, karena implikasi pengobatannya berbeda. Secara morfologis, hipertrofi pada Fabry seringkali lebih konsentris (menebal merata) dibandingkan beberapa bentuk HCM lain yang asimetris, meskipun pola penebalan bisa bervariasi. Pada pencitraan MRI jantung, adanya area yang mengalami peningkatan sinyal pada sekuens tertentu (disebut late gadolinium enhancement – LGE) dapat mengindikasikan adanya fibrosis, dan distribusi LGE pada Fabry terkadang memiliki pola khas di segmen basal dinding posterior dan lateral ventrikel kiri.

Namun, perbedaan-perbedaan ini mungkin tidak selalu jelas pada pencitraan rutin, sehingga kecurigaan klinis berdasarkan gejala Penyakit Fabry lainnya atau riwayat keluarga sangat penting. Mengetahui bahwa penyebab penebalan adalah Penyakit Fabry (HCM Fabry) memungkinkan dokter untuk mempertimbangkan Tes Penyakit Fabry (pengukuran aktivitas enzim dan/atau tes genetik) dan merencanakan Terapi Penggantian Enzim (ERT) yang spesifik untuk Fabry, di samping pengobatan standar untuk gejala jantung seperti aritmia atau gagal jantung.

Komplikasi Serius Penyakit Fabry

Seperti dijelaskan, Penyakit Fabry dapat menyebabkan komplikasi yang parah dan mengancam jiwa jika tidak ditangani. Komplikasi ini berkembang seiring waktu dan merupakan konsekuensi dari penumpukan Gb3 yang progresif di berbagai organ.

Dampak Jangka Panjang pada Otak, Ginjal, dan Lainnya

Komplikasi neurologis yang paling serius adalah peningkatan risiko stroke atau TIA, yang dapat terjadi pada usia yang sangat muda, bahkan pada usia 20-an atau 30-an. Kerusakan pada sistem saraf perifer menyebabkan neuropati nyeri kronis. Pada ginjal, komplikasi utama adalah Penyakit Ginjal Kronis yang berkembang menjadi Gagal Ginjal Tahap Akhir, yang sering memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal pada usia dewasa.

Komplikasi lain termasuk gangguan pendengaran yang progresif (terkadang hingga tuli), penyakit paru restriktif, masalah gastrointestinal kronis, dan limfedema (pembengkakan) pada ekstremitas bawah.

Diagnosis Penyakit Fabry: Proses dan Tes Konfirmasi

Mengingat sifat multisistemik dan gejala yang bervariasi serta tidak spesifik, proses diagnosis Penyakit Fabry sering kali tertunda. Kecurigaan klinis adalah langkah awal yang paling penting.

Meningkatkan Kecurigaan Klinis

Diagnosis Fabry harus dicurigai pada individu (terutama laki-laki dengan gejala klasik, atau wanita dengan riwayat keluarga atau pola gejala multisistemik) yang memiliki kombinasi gejala-gejala berikut:

  • Nyeri berulang pada tangan dan kaki (acroparesthesias)
  • Angiokeratomas pada kulit
  • Intoleransi panas atau hipohidrosis/anhidrosis
  • Cornea verticillata (kekeruhan kornea)
  • Proteinuria atau tanda-tanda disfungsi ginjal lainnya
  • Hipertrofi ventrikel kiri (HCM Fabry) tanpa penyebab jelas lainnya, terutama jika disertai aritmia atau nyeri dada atipikal
  • Riwayat TIA atau stroke pada usia muda
  • Riwayat keluarga Penyakit Fabry atau gejala yang sesuai.

Ketika kecurigaan klinis muncul, langkah selanjutnya adalah melakukan Tes Penyakit Fabry yang spesifik.

Tes Khusus untuk Konfirmasi Diagnosis

Konfirmasi diagnosis Penyakit Fabry biasanya dilakukan melalui dua jenis tes utama:

  1. Pengukuran Aktivitas Enzim α-Gal A: Pada laki-laki, Penyakit Fabry klasik biasanya dikonfirmasi dengan mengukur aktivitas enzim α-Gal A dalam darah kering (dried blood spot), leukosit (sel darah putih), atau serum. Aktivitas enzim pada laki-laki dengan Penyakit Fabry klasik biasanya sangat rendah atau tidak terdeteksi. Namun, tes aktivitas enzim kurang dapat diandalkan pada wanita, karena inaktivasi kromosom X yang acak dapat menghasilkan aktivitas enzim yang bervariasi, bahkan dalam rentang normal, meskipun mereka membawa mutasi.
  2. Analisis Genetik (Tes Genetik): Mengidentifikasi mutasi pada gen GLA pada kromosom X merupakan metode diagnosis paling akurat, terutama untuk wanita atau kasus dengan aktivitas enzim yang meragukan. Tes genetik dapat mengkonfirmasi keberadaan mutasi yang diketahui menyebabkan Penyakit Fabry. Tes genetik juga penting untuk skrining keluarga setelah diagnosis dikonfirmasi pada satu anggota keluarga.

Dalam beberapa tahun terakhir, skrining Penyakit Fabry juga mulai dipertimbangkan atau diterapkan di beberapa program skrining bayi baru lahir di negara maju, terutama di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa, untuk mendeteksi kasus secara dini.

Mengapa Diagnosis Dini Penyakit Fabry Begitu Penting?

Mencegah Kerusakan Organ Permanen

Penyakit Fabry adalah kondisi progresif. Kerusakan organ akibat penumpukan Gb3 terjadi perlahan namun pasti seiring waktu. Pada saat gejala yang parah muncul, seperti gagal ginjal tahap akhir, stroke yang signifikan, atau gagal jantung berat, seringkali sudah terjadi kerusakan yang tidak dapat kembali normal (ireversibel). Deteksi cepat Penyakit Fabry memungkinkan intervensi medis dimulai lebih awal, yaitu pada tahap ketika kerusakan organ masih minimal atau belum terjadi.

Manfaat Terapi yang Dimulai Awal

Manfaat utama dari diagnosis dini Penyakit Fabry adalah kesempatan untuk memulai Terapi Penggantian Enzim (ERT) pada waktu yang tepat. Studi telah menunjukkan bahwa ERT lebih efektif dalam memperlambat atau mencegah perkembangan kerusakan organ (terutama pada ginjal dan jantung) jika dimulai pada tahap awal penyakit, sebelum terjadi fibrosis yang signifikan atau kerusakan ireversibel lainnya. ERT bekerja dengan mengurangi penumpukan Gb3 di sel-sel, yang dapat membantu menjaga fungsi organ. Selain ERT, diagnosis dini juga memungkinkan pengelolaan gejala (seperti nyeri) secara lebih efektif, pemantauan rutin terhadap fungsi organ untuk mendeteksi dini masalah yang muncul, dan penerapan terapi suportif lainnya. Diagnosis dini juga memungkinkan konseling genetik yang tepat bagi pasien dan keluarga mereka, memberikan informasi mengenai risiko penurunan penyakit dan pilihan skrining bagi anggota keluarga lainnya.

Terapi dan Pengobatan Penyakit Fabry

Saat ini, Penyakit Fabry tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi ada pilihan pengobatan yang efektif untuk mengelola gejala, mencegah atau memperlambat kerusakan organ, dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Pilar utama pengobatan spesifik untuk Penyakit Fabry adalah Terapi Penggantian Enzim (ERT).

Terapi Penggantian Enzim (ERT): Dasar Pengobatan

Cara Kerja ERT

Terapi Penggantian Enzim (ERT) untuk Penyakit Fabry melibatkan pemberian enzim α-Gal A yang diproduksi secara rekayasa genetika melalui infus intravena. Saat ini ada dua sediaan ERT yang tersedia secara global: agalsidase alfa dan agalsidase beta. Kedua enzim ini dirancang untuk berfungsi seperti enzim α-Gal A alami yang tidak berfungsi pada pasien Fabry. Setelah diinfuskan ke dalam aliran darah, enzim ini diambil oleh sel-sel di seluruh tubuh melalui reseptor spesifik pada permukaan sel. Setelah masuk ke dalam sel, enzim tersebut menuju lisosom, di mana ia dapat memecah Gb3 yang menumpuk. Dengan mengurangi beban penumpukan Gb3, ERT bertujuan untuk memulihkan fungsi seluler, mengurangi peradangan, dan mencegah atau memperlambat perkembangan kerusakan organ. ERT biasanya diberikan melalui infus setiap dua minggu sekali, seumur hidup.

Efektivitas dan Tantangan ERT

Penelitian telah menunjukkan bahwa ERT efektif dalam mengurangi penumpukan Gb3 di berbagai jaringan, termasuk ginjal, jantung, kulit, dan saraf. Secara klinis, ERT telah terbukti dapat mengurangi frekuensi dan keparahan nyeri neuropati, memperbaiki fungsi ginjal (jika dimulai pada tahap awal penyakit), dan memperlambat perkembangan penebalan dinding jantung serta komplikasi jantung lainnya. ERT juga dapat mengurangi risiko TIA dan stroke.

Namun, efektivitas ERT bervariasi antar pasien dan tergantung pada beberapa faktor, termasuk usia saat memulai terapi, keparahan penyakit, dan jenis mutasi genetik yang diderita. ERT mungkin kurang efektif dalam membalikkan kerusakan organ yang sudah parah dan fibrosis yang luas. Tantangan lain dari ERT meliputi perlunya infus rutin, potensi reaksi terkait infus (seperti demam, menggigil, ruam), dan pengembangan antibodi terhadap enzim yang diinfuskan oleh tubuh pasien, yang dapat mengurangi efektivitas terapi.

Mengelola Gejala dan Komplikasi (Terapi Suportif)

Selain ERT, pengobatan Penyakit Fabry juga mencakup pengelolaan gejala dan komplikasi spesifik yang muncul. Pengobatan simptomatik dan suportif ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Contohnya termasuk:

  • Obat pereda nyeri untuk mengatasi neuropati (misalnya, antikonvulsan seperti gabapentin atau pregabalin).
  • Obat untuk mengelola masalah pencernaan.
  • Obat untuk mengontrol tekanan darah dan mengurangi proteinuria pada pasien dengan keterlibatan ginjal (misalnya, ACE inhibitor atau ARB).
  • Pengobatan standar untuk komplikasi jantung, seperti obat antiaritmia, beta-blocker untuk mengurangi beban kerja jantung pada kasus hipertrofi, diuretik untuk gagal jantung, atau intervensi medis lain seperti pemasangan alat pacu jantung/defibrilator jika ada aritmia serius.
  • Pencegahan stroke sekunder dengan aspirin atau antikoagulan jika ada riwayat stroke atau TIA.
  • Dialisis atau transplantasi ginjal untuk gagal ginjal tahap akhir.
  • Alat bantu dengar untuk gangguan pendengaran.

Prospek Pengobatan di Masa Depan

Penelitian di bidang Penyakit Fabry terus berkembang untuk menemukan terapi yang lebih efektif dan nyaman. Beberapa area penelitian mencakup:

  • Terapi Chaperone: Obat oral (seperti migalastat) yang membantu melipat enzim α-Gal A yang cacat akibat mutasi tertentu agar dapat berfungsi lebih baik dan tidak dipecah lebih awal dari seharusnya. Terapi ini hanya efektif untuk pasien dengan mutasi gen GLA tertentu yang responsif terhadap chaperone.
  • Terapi Pengurangan Substrat (Substrate Reduction Therapy – SRT): Obat yang menghambat langkah awal dalam sintesis Gb3, sehingga mengurangi jumlah Gb3 yang perlu dipecah oleh lisosom.
  • Terapi Gen: Pendekatan ini bertujuan untuk memasukkan salinan gen GLA yang sehat ke dalam sel pasien, memungkinkan tubuh mereka memproduksi enzim α-Gal A sendiri. Ini masih dalam tahap penelitian, tetapi menawarkan potensi untuk pengobatan jangka panjang atau bahkan penyembuhan.

Baca juga: CRISPR Terapi Gen untuk Penyakit Jantung Genetik

Perkembangan ini memberikan harapan baru bagi pasien Penyakit Fabry di masa depan.

Kesimpulan: Waspada dan Ambil Langkah

Ringkasan Poin Utama

Penyakit Fabry adalah kelainan genetik penyimpanan lisosomal yang langka namun serius, disebabkan oleh kekurangan enzim α-Gal A yang menyebabkan penumpukan lipid Gb3 di berbagai organ. Gejala Penyakit Fabry sangat bervariasi dan multisistemik, memengaruhi saraf, kulit, mata, ginjal, dan terutama jantung. Manifestasi jantung dalam bentuk penebalan dinding ventrikel kiri (HCM Fabry) seringkali menyerupai Kardiomiopati Hipertrofik yang lebih umum, menyebabkan Penyakit Fabry sering tidak terdiagnosis.

Diagnosis dini sangat penting karena memungkinkan dimulainya Terapi Penggantian Enzim (ERT) yang spesifik untuk Fabry. ERT, bersama dengan pengobatan simptomatik dan suportif, dapat secara signifikan memperlambat perkembangan penyakit, mengurangi keparahan gejala, mencegah komplikasi yang parah seperti gagal ginjal dan stroke, serta meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien. Diagnosis dikonfirmasi melalui pengukuran aktivitas enzim (terutama pada laki-laki) dan analisis genetik (metode pilihan, terutama pada wanita dan untuk skrining keluarga).

Ajakan Bertindak: Pentingnya Konsultasi Medis

Mengingat kompleksitas gejala Penyakit Fabry, kemiripannya dengan kondisi lain (terutama HCM), dan pentingnya diagnosis dini untuk memulai terapi spesifik, kesadaran dan kecurigaan klinis adalah kunci. Jika Anda atau anggota keluarga memiliki riwayat nyeri yang tidak dapat dijelaskan, masalah ginjal, tanda kulit angiokeratoma, gangguan pendengaran, riwayat TIA/stroke di usia muda, atau, yang terpenting, penebalan dinding jantung (hipertrofi ventrikel kiri) tanpa penyebab jelas lainnya, terutama jika ada riwayat keluarga dengan gejala serupa atau diagnosis Fabry, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter.

Mendapatkan pandangan dari dokter spesialis yang memiliki pengalaman dengan penyakit genetik langka atau spesialis jantung yang memahami penyakit ini dapat membantu mengarahkan pada diagnosis yang tepat. Bagi Anda yang mungkin memiliki kekhawatiran terkait kesehatan jantung atau riwayat keluarga dengan kondisi genetik yang memengaruhi jantung, dan ingin kemudahan akses untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis atau mengelola data kesehatan Anda, platform seperti Jantungku.com dapat menjadi sumber daya yang bermanfaat untuk mendapatkan informasi atau terhubung dengan profesional medis.

REFERENSI

JantungkuJ
DITULIS OLEH

Jantungku

Solusi kesehatan jantung digital - Konsultasi dokter spesialis kapan saja

Tanggapan (0 )