Konsultasi dengan dokter spesialis jantung sekarang! Konsultasi Sekarang →

Blog Jantungku

Perbedaan Stent Bersalut Obat DES dan Logam Biasa BMS

Penyempitan pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, dikenal sebagai penyakit arteri koroner, merupakan kondisi serius. Plak yang menumpuk di dinding arteri dapat menghambat aliran darah, menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. Angioplasti koroner adalah prosedur umum untuk membuka kembali arteri yang tersumbat. Seringkali, angioplasti diikuti dengan pemasangan stent, tabung kecil berbentuk jaring yang menjaga […]

0
1
Perbedaan Stent Bersalut Obat DES dan Logam Biasa BMS

Penyempitan pembuluh darah yang menyuplai otot jantung, dikenal sebagai penyakit arteri koroner, merupakan kondisi serius. Plak yang menumpuk di dinding arteri dapat menghambat aliran darah, menyebabkan nyeri dada (angina) atau serangan jantung. Angioplasti koroner adalah prosedur umum untuk membuka kembali arteri yang tersumbat. Seringkali, angioplasti diikuti dengan pemasangan stent, tabung kecil berbentuk jaring yang menjaga arteri tetap terbuka.

Teknologi stent telah berkembang dari hanya terbuat dari logam biasa (stent logam biasa / Bare-Metal Stent – BMS) menjadi stent bersalut obat (Drug-Eluting Stent – DES). Artikel ini akan mengupas tuntas perbedaan mendasar antara BMS dan DES, menyoroti keunggulan DES, serta menjelaskan mengapa pasien DES memerlukan terapi pengencer darah ganda (DAPT) dalam jangka waktu lebih lama.

Apa Itu Stent Jantung dan Mengapa Dibutuhkan?

Penyakit arteri koroner disebabkan oleh aterosklerosis, penumpukan plak di dinding arteri koroner. Ini membuat arteri kaku dan menyempit (stenosis). Jika penyempitan signifikan, pasokan darah beroksigen ke otot jantung berkurang, terutama saat beraktivitas.

Untuk memulihkan aliran darah, dokter melakukan angioplasti koroner perkutan. Prosedur ini menggunakan kateter dengan balon kecil yang dikembangkan di lokasi penyempitan untuk menekan plak ke dinding arteri.

Meskipun angioplasti berhasil membuka arteri, ada kecenderungan alami pembuluh darah untuk kembali menyempit di lokasi yang sama, fenomena yang disebut restenosis. Untuk mencegahnya, sebagian besar prosedur angioplasti kini menyertakan pemasangan stent. Stent adalah struktur seperti tabung berongga yang dipasang permanen untuk menahan dinding arteri agar tetap terbuka.

Baca juga: Pasang Ring Jantung: Panduan Lengkap Prosedur, Risiko, dan Perawatan

Jenis stent awal adalah stent logam biasa (BMS). Inovasi selanjutnya adalah stent bersalut obat (DES), yang dirancang khusus untuk mengatasi masalah restenosis yang sering terjadi pada BMS.

Mengenal Stent Logam Biasa (BMS)

Stent logam biasa (BMS) adalah generasi pertama stent, terbuat dari logam seperti stainless steel atau cobalt-chromium. Struktur jaringnya memberikan kekuatan mekanis untuk menopang dinding arteri setelah angioplasti balon. BMS berfungsi sebagai perancah pasif yang mencegah arteri menutup kembali segera setelah prosedur.

Keunggulan BMS adalah kemampuannya mengurangi risiko penutupan arteri mendadak dan mencegah penyempitan kembali dalam jangka pendek pasca-prosedur dibandingkan angioplasti balon saja. Biaya pemasangan BMS juga umumnya lebih rendah.

Namun, kekurangan signifikan BMS adalah risiko restenosis yang relatif tinggi dalam jangka menengah. Setelah BMS dipasang, tubuh bereaksi dengan menumbuhkan sel-sel di sekitar stent. Pertumbuhan berlebihan sel otot polos di dalam dan sekitar stent, yang disebut hiperplasia neointimal, dapat menyebabkan penyempitan kembali saluran darah di dalam stent. Risiko restenosis ini menjadi alasan utama pengembangan DES.

Memahami Stent Bersalut Obat (DES)

Stent bersalut obat (DES) adalah kemajuan besar. Struktur dasarnya sama dengan BMS, yaitu jaring logam sebagai penopang fisik. Namun, DES memiliki lapisan tipis yang mengandung obat anti-proliferasi.

Obat ini dilepaskan perlahan ke jaringan arteri sekitar stent selama beberapa minggu hingga bulan. Fungsinya adalah menghambat pertumbuhan berlebihan sel otot polos yang menyebabkan restenosis pada BMS. Dengan menekan hiperplasia neointimal, DES secara dramatis mengurangi kemungkinan penyempitan kembali arteri di lokasi pemasangan.

Kelebihan utama DES adalah kemampuannya mencegah restenosis yang jauh lebih unggul dari BMS. Studi klinis menunjukkan DES dapat menurunkan angka restenosis hingga 80% atau lebih pada lesi tertentu, mengurangi kebutuhan prosedur berulang.

Meskipun unggul dalam mencegah restenosis, DES juga memiliki tantangan. Salah satunya potensi risiko trombosis stent sangat akhir (VLST), yaitu pembentukan bekuan darah di dalam stent jauh setelah prosedur. Risiko ini terkait dengan proses penyembuhan dinding arteri yang lebih lambat. Selain itu, pemasangan DES memerlukan kepatuhan ketat terhadap terapi pengencer darah ganda (DAPT) untuk jangka waktu lebih lama.

Baca juga: Aspirin untuk Pencegahan Jantung Menurut Pedoman Terbaru

Perbedaan Detail Stent DES dan BMS

Berikut perbandingan DES dan BMS pada beberapa aspek kunci:

Mekanisme Pencegahan Restenosis

  • BMS: Murni mekanis. Menopang dinding arteri secara fisik. Tidak menghambat pertumbuhan sel.
  • DES: Mekanis (struktur logam) dan biologis (salut obat). Obat anti-proliferasi menghambat pertumbuhan sel otot polos penyebab hiperplasia neointimal di dalam stent.

Tingkat Restenosis

  • BMS: Tingkat restenosis lebih tinggi, dapat mencapai 20-40% dalam 6-12 bulan, terutama pada lesi kompleks atau pembuluh darah kecil.
  • DES: Menurunkan tingkat restenosis secara signifikan, biasanya di bawah 10%, seringkali di bawah 5%.

Kebutuhan Terapi Pengencer Darah Ganda (DAPT)

DAPT adalah kombinasi dua obat antiplatelet, umumnya Aspirin dan obat golongan P2Y12 inhibitor (seperti Clopidogrel). Obat ini mencegah trombosit saling menempel dan membentuk gumpalan darah.

  • BMS: Proses penyembuhan dan penutupan stent oleh sel (endothelialization) relatif cepat. Durasi standar DAPT untuk BMS umumnya lebih pendek, sekitar 1 bulan (bisa bervariasi).
  • DES: Obat anti-proliferasi menghambat pertumbuhan sel secara umum, termasuk sel endotel yang penting untuk menutupi stent. Proses endothelialization lebih lambat. Selama strut stent terpapar aliran darah, risiko trombosis stent lebih tinggi. DAPT diperlukan untuk jangka waktu lebih lama (minimal 6-12 bulan, bahkan lebih lama pada risiko tinggi) untuk mencegah bekuan darah.

Indikasi Penggunaan

  • BMS: Penggunaan terbatas pada pasien dengan risiko perdarahan sangat tinggi, tidak bisa menjalani DAPT jangka panjang, atau perlu operasi non-jantung segera setelah pemasangan.
  • DES: Kini menjadi standar emas untuk sebagian besar kasus karena unggul mencegah restenosis.

Biaya

  • BMS: Biaya awal pemasangan cenderung lebih rendah.
  • DES: Biaya per unit biasanya lebih tinggi. Namun, penurunan risiko restenosis dapat mengurangi biaya jangka panjang terkait prosedur berulang.

Risiko Lain

  • BMS: Risiko utama adalah restenosis. Risiko trombosis stent sangat akhir lebih rendah karena endothelialization yang lebih cepat.
  • DES: Risiko utama yang berkurang adalah restenosis. Risiko trombosis stent sangat akhir sedikit lebih tinggi dibandingkan BMS, meski menurun dengan generasi DES baru. Risiko perdarahan meningkat karena durasi DAPT yang lebih lama.

Mengapa DES Memerlukan DAPT Lebih Lama?

Perlunya DAPT lebih lama pada pasien DES berkaitan erat dengan cara kerja obat dan proses penyembuhan pembuluh darah. Saat stent dipasang, terjadi cedera pada dinding dalam arteri. Tubuh merespons dengan menumbuhkan sel-sel endotel yang melapisi pembuluh darah dan bersifat non-trombogenik (tidak memicu bekuan darah).

Pada BMS, cedera memicu pertumbuhan sel otot polos (bisa menyebabkan restenosis) dan sel endotel. Proses penutupan stent oleh sel endotel (endothelialization) relatif cepat, seringkali dalam beberapa minggu.

Pada DES, obat anti-proliferasi menekan pertumbuhan sel otot polos untuk mencegah restenosis, tetapi juga memperlambat pertumbuhan sel endotel yang seharusnya menutupi strut stent. Akibatnya, strut stent DES terpapar ke aliran darah lebih lama dibandingkan BMS. Permukaan stent dan polimer yang terpapar ini bersifat trombogenik, dapat memicu aktivasi trombosit dan pembentukan bekuan darah (trombosis stent).

Trombosis stent adalah komplikasi serius yang dapat menyebabkan serangan jantung mendadak. Untuk mencegahnya selama strut stent belum tertutup endotel, pasien memerlukan DAPT. Kombinasi Aspirin dan P2Y12 inhibitor memberikan perlindungan kuat terhadap pembentukan bekuan darah.

Karena DES memperlambat endothelialization, periode risiko trombosis stent lebih lama. Maka DAPT diperlukan untuk durasi lebih panjang (minimal 6-12 bulan atau lebih) untuk meminimalkan risiko trombosis hingga stent tertutup sempurna atau risiko perdarahan DAPT jangka panjang dianggap lebih besar. Kepatuhan tinggi terhadap DAPT sangat krusial untuk keberhasilan DES dan keselamatan pasien.

Baca juga: Bahaya Menghentikan Obat Jantung Risiko Serangan & Stroke

Risiko Lain dan Faktor Pemilihan Stent

Selain kebutuhan DAPT, risiko lain yang dipertimbangkan termasuk potensi VLST pada DES dan restenosis pada BMS. Keputusan pemilihan stent sangat individual, didasarkan pada evaluasi dokter spesialis jantung.

Faktor yang dipertimbangkan meliputi:

  • Karakteristik Lesi: Ukuran, lokasi, kompleksitas penyempitan. DES lebih efektif untuk lesi panjang, pembuluh kecil, atau pada pasien diabetes yang berisiko restenosis tinggi dengan BMS.
  • Kondisi Pasien: Usia, fungsi ginjal/hati, penyakit penyerta, risiko perdarahan. Pasien risiko perdarahan tinggi atau perlu operasi besar segera mungkin kandidat BMS (DAPT lebih pendek), jika risiko restenosis dapat diterima.
  • Kepatuhan DAPT: Kemampuan dan kesediaan pasien mengonsumsi DAPT rutin. Pasien tidak patuh berisiko trombosis stent jauh lebih tinggi dengan DES.
  • Biaya: Dapat menjadi faktor diskusi dengan pasien terkait cakupan asuransi atau kemampuan finansial.

Umumnya, DES kini pilihan standar karena unggul mencegah restenosis. Namun, BMS mungkin lebih aman atau sesuai pada situasi dan profil risiko pasien tertentu.

Kesimpulan dan Langkah Selanjutnya

Baik BMS maupun DES merevolusi penanganan penyakit arteri koroner. Perbedaan utamanya pada mekanisme pencegahan restenosis dan kebutuhan DAPT.

DES, dengan salut obatnya, jauh lebih efektif mencegah penyempitan kembali. Namun, ini juga memperlambat penyembuhan alami arteri, membuat strut stent terpapar aliran darah lebih lama, meningkatkan risiko bekuan darah. Karena itu, pasien DES wajib menjalani DAPT (Aspirin + P2Y12 inhibitor) untuk jangka lebih lama (biasanya 6-12 bulan+) untuk mencegah trombosis stent.

Keputusan jenis stent terbaik hanya oleh dokter spesialis jantung setelah mengevaluasi kondisi Anda, karakteristik penyempitan, risiko, dan preferensi Anda. Diskusikan semua pilihan, manfaat, risiko, dan jadwal pengobatan yang direkomendasikan, terutama durasi DAPT.

Jika Anda memiliki kondisi penyempitan pembuluh darah jantung atau ingin pemahaman lebih lanjut, berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung adalah langkah terbaik. Untuk informasi dan konsultasi, kunjungi jantungku.com.

REFERENSI

  • American Heart Association. (2021). Types of Coronary Stents.
  • Mayo Clinic. (2022). Coronary Angioplasty and Stents.
  • National Heart, Lung, and Blood Institute. (2022). What Is Coronary Angioplasty and Stenting?.
JantungkuJ
DITULIS OLEH

Jantungku

Solusi kesehatan jantung digital - Konsultasi dokter spesialis kapan saja

Tanggapan (0 )