Bawang putih (Allium sativum) telah lama dikenal dalam berbagai budaya di seluruh dunia, tidak hanya sebagai bumbu masakan yang memberikan cita rasa khas, tetapi juga sebagai ramuan tradisional yang memiliki khasiat pengobatan. Sejarah mencatat penggunaannya dalam ribuan tahun untuk mengatasi berbagai kondisi kesehatan, termasuk yang berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Dari Mesir Kuno hingga praktik pengobatan tradisional Cina dan Ayurveda, bawang putih dipercaya memiliki kemampuan untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Di era modern, perhatian beralih dari konsumsi bawang putih mentah atau dimasak ke bentuk yang lebih terstandardisasi dan mudah dikonsumsi, yaitu suplemen ekstrak bawang putih. Ini memunculkan pertanyaan penting bagi banyak orang yang mencari cara alami untuk mendukung kesehatan mereka: seberapa efektifkah suplemen bawang putih untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol berdasarkan bukti ilmiah terkini? Artikel ini akan mengulas penelitian-penelitian relevan untuk memberikan gambaran objektif mengenai efektivitas suplemen ekstrak bawang putih, perbandingannya dengan bawang putih mentah, serta hal-hal penting yang perlu dipertimbangkan sebelum mengonsumsinya.
Mekanisme Kerja Potensial Suplemen Bawang Putih
Untuk memahami potensi manfaat suplemen bawang putih bagi kesehatan kardiovaskular, penting untuk mengetahui senyawa aktif apa saja yang terkandung di dalamnya dan bagaimana senyawa tersebut diduga bekerja dalam tubuh. Bawang putih mengandung berbagai senyawa organosulfur, yang paling terkenal adalah alliin. Ketika bawang putih mentah dihancurkan, dipotong, atau dikunyah, enzim yang disebut alliinase dilepaskan, mengubah alliin menjadi allicin. Allicin inilah yang bertanggung jawab atas bau khas bawang putih dan dianggap sebagai senyawa bioaktif utama dalam bawang putih mentah.
Namun, allicin bersifat tidak stabil dan cepat terurai, terutama saat dipanaskan atau diproses. Proses pengolahan bawang putih menjadi suplemen, khususnya suplemen ekstrak bawang putih yang sudah diolah (aged garlic extract - AGE), menghasilkan senyawa organosulfur yang berbeda dan lebih stabil, seperti S-allyl-cysteine (SAC) dan S-allyl-mercaptocysteine (SAMC). Suplemen lain mungkin menggunakan bubuk bawang putih kering yang masih mengandung alliin atau minyak bawang putih.
Mekanisme kerja potensial senyawa-senyawa ini terhadap tekanan darah dan kolesterol sangat kompleks dan masih terus diteliti. Beberapa teori yang didukung oleh penelitian awal meliputi:
- Pengaruh terhadap Tekanan Darah: Senyawa organosulfur, terutama allicin dan senyawa turunannya, diduga dapat meningkatkan produksi oksida nitrat (NO) dalam tubuh. Oksida nitrat adalah vasodilator, artinya zat ini membantu melemaskan dan melebarkan pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa senyawa bawang putih dapat memengaruhi sistem renin-angiotensin, sebuah mekanisme utama dalam regulasi tekanan darah. Potensi alicin manfaat tekanan darah ini menjadi fokus banyak penelitian.
- Pengaruh terhadap Kolesterol: Mekanisme yang diusulkan untuk penurunan kolesterol melibatkan penghambatan sintesis kolesterol di hati. Senyawa organosulfur dalam bawang putih diduga dapat menghambat kerja enzim HMG-CoA reduktase, enzim kunci dalam jalur produksi kolesterol di hati. Ini adalah mekanisme yang mirip dengan cara kerja obat golongan statin, meskipun efek bawang putih umumnya jauh lebih ringan.
- Sifat Antioksidan dan Anti-inflamasi: Senyawa dalam bawang putih memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi yang kuat. Stres oksidatif dan peradangan kronis berperan dalam perkembangan aterosklerosis (pengerasan dan penyempitan pembuluh darah) dan penyakit kardiovaskular lainnya. Dengan melawan stres oksidatif dan peradangan, bawang putih mungkin secara tidak langsung mendukung kesehatan pembuluh darah dan jantung.
- Pengaruh pada Agregasi Trombosit: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bawang putih dapat memiliki efek anti-agregasi trombosit, artinya dapat membantu mencegah trombosit saling menempel dan membentuk gumpalan darah yang berpotensi menyumbat pembuluh darah. Ini adalah mekanisme lain yang berkontribusi pada kesehatan kardiovaskular.
Penting untuk dicatat bahwa sebagian besar mekanisme ini telah dipelajari dalam kondisi laboratorium (in vitro) atau pada hewan. Bukti langsung pada manusia tentang bagaimana senyawa spesifik dari suplemen diserap dan bekerja secara tepat untuk menghasilkan efek klinis masih terus dieksplorasi.
Tinjauan Bukti Ilmiah Suplemen Bawang Putih untuk Tekanan Darah
Efektivitas suplemen bawang putih, khususnya ekstrak bawang putih, dalam menurunkan tekanan darah telah menjadi subjek banyak penelitian klinis dan meta-analisis. Fokus utama seringkali adalah pada ekstrak bawang putih hipertensi ringan, karena efeknya tampak paling menonjol pada kondisi ini dibandingkan dengan hipertensi yang lebih parah.
Beberapa bukti ilmiah suplemen bawang putih dari meta-analisis dan tinjauan sistematis menunjukkan hasil yang menjanjikan, terutama pada pasien dengan hipertensi ringan hingga moderat. Sebuah meta-analisis komprehensif yang memadukan hasil dari banyak studi terkontrol menemukan bahwa konsumsi suplemen bawang putih dapat menghasilkan penurunan yang signifikan, meskipun sederhana, pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Misalnya, penurunan tekanan darah sistolik (angka atas) dilaporkan berkisar antara 5 hingga 10 mmHg, dan tekanan darah diastolik (angka bawah) antara 3 hingga 7 mmHg. Penurunan sebesar ini, meskipun tampak kecil, dianggap relevan secara klinis, terutama pada pasien dengan hipertensi ringan, karena bahkan penurunan moderat pun dapat mengurangi risiko kejadian kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung.
Namun, penting untuk memahami nuansa dari temuan ini. Efektivitas manfaat suplemen bawang putih untuk tensi tampaknya bergantung pada beberapa faktor:
- Jenis Suplemen: Berbagai jenis suplemen bawang putih memiliki komposisi senyawa aktif yang berbeda. Ekstrak bawang putih yang diolah (AGE) seringkali dianggap sebagai bentuk yang paling stabil dan diteliti secara ekstensif, dan banyak studi positif menggunakan jenis suplemen ini. Suplemen bubuk kering atau minyak mungkin memiliki efektivitas yang bervariasi.
- Dosis dan Durasi: Dosis yang digunakan dalam penelitian bervariasi, tetapi umumnya berkisar antara 300 mg hingga 1.500 mg per hari, seringkali dibagi menjadi beberapa dosis. Durasi studi juga bervariasi, dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Studi yang menggunakan dosis lebih tinggi atau durasi lebih lama cenderung menunjukkan efek penurunan tekanan darah yang lebih signifikan.
- Populasi Studi: Efek penurunan tekanan darah paling konsisten terlihat pada individu yang memang sudah memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi atau pre-hipertensi). Pada individu dengan tekanan darah normal, efeknya cenderung minimal atau tidak ada.
- Variabilitas Hasil: Meskipun meta-analisis menunjukkan efek positif secara keseluruhan, ada variabilitas yang cukup besar dalam hasil antara studi individu. Beberapa studi menunjukkan penurunan yang lebih besar, sementara yang lain menunjukkan efek yang minimal atau tidak signifikan. Ini bisa disebabkan oleh perbedaan dalam desain studi, ukuran sampel, jenis suplemen, dosis, dan karakteristik pasien.
Secara keseluruhan, bukti ilmiah mendukung penggunaan suplemen ekstrak bawang putih sebagai terapi komplementer untuk membantu menurunkan tekanan darah, terutama pada kasus hipertensi ringan. Ini bukan pengganti untuk obat antihipertensi yang diresepkan oleh dokter, tetapi dapat menjadi tambahan yang bermanfaat dalam kerangka manajemen kesehatan yang lebih luas yang mencakup diet sehat, olahraga, dan, jika diperlukan, pengobatan medis.
Tinjauan Bukti Ilmiah Suplemen Bawang Putih Kolesterol
Selain potensi efeknya pada tekanan darah, suplemen bawang putih juga telah diteliti luas mengenai pengaruhnya terhadap kadar kolesterol darah. Sama seperti penelitian tekanan darah, fokus seringkali pada suplemen bawang putih kolesterol, khususnya ekstrak bawang putih.
Hasil studi klinis bawang putih kolesterol dan meta-analisis pada topik ini cenderung menunjukkan efek yang lebih moderat atau kurang konsisten dibandingkan dengan efeknya pada tekanan darah. Beberapa meta-analisis awal dan studi menunjukkan bahwa konsumsi suplemen bawang putih secara teratur dapat menghasilkan penurunan sederhana pada kadar kolesterol total dan kolesterol LDL (sering disebut "kolesterol jahat"). Penurunan yang dilaporkan umumnya berkisar antara 5% hingga 10% dari kadar awal. Efek terhadap kolesterol HDL ("kolesterol baik") dan trigliserida umumnya tidak signifikan atau bervariasi antar studi.
Namun, tinjauan dan meta-analisis yang lebih baru, termasuk beberapa yang berukuran lebih besar dan menggunakan metodologi yang lebih ketat, cenderung menemukan bahwa efek suplemen bawang putih terhadap kolesterol mungkin tidak signifikan secara klinis atau kurang konsisten. Misalnya, sebuah tinjauan Cochrane pada tahun 2000 yang menganalisis data dari 29 percobaan menyimpulkan bahwa suplemen bawang putih sedikit lebih baik daripada plasebo dalam mengurangi kolesterol total selama 1-3 bulan, tetapi efek ini tidak bertahan lama setelah periode tersebut. Meta-analisis yang lebih mutakhir juga sering melaporkan efek yang kecil atau tidak signifikan.
Perbedaan hasil antara studi ini bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
- Jenis dan Dosis Suplemen: Sama seperti pada tekanan darah, jenis suplemen (ekstrak, bubuk, minyak) dan dosisnya sangat bervariasi di antara studi. Standarisasi suplemen menjadi tantangan dalam membandingkan hasil.
- Durasi Intervensi: Beberapa studi menunjukkan bahwa efek penurunan kolesterol, jika ada, mungkin paling terlihat pada beberapa bulan pertama konsumsi dan kemudian berkurang.
- Populasi Studi: Efek mungkin lebih terlihat pada individu dengan kadar kolesterol awal yang lebih tinggi, tetapi studi ini bervariasi dalam populasi yang direkrut.
- Sumber Pembiayaan: Beberapa studi yang menemukan efek lebih besar didanai oleh produsen suplemen, yang dapat menimbulkan potensi bias (meskipun ini tidak selalu berarti hasilnya tidak valid).
Berdasarkan review suplemen bawang putih kolesterol dari berbagai sumber, konsensus ilmiah saat ini cenderung mengarah pada kesimpulan bahwa suplemen bawang putih memiliki efek yang moderat atau minimal terhadap kadar kolesterol darah. Sementara mungkin ada penurunan kecil pada kolesterol total atau LDL pada beberapa individu, efek ini umumnya tidak sebesar yang dapat dicapai dengan perubahan pola makan, olahraga, atau terapi obat penurun kolesterol seperti statin. Oleh karena itu, suplemen bawang putih tidak boleh dianggap sebagai pengganti strategi utama untuk manajemen kolesterol.
Bawang Putih Mentah vs Suplemen Tekanan Darah dan Kolesterol
Setelah meninjau bukti ilmiah mengenai efektivitas suplemen ekstrak bawang putih, muncul pertanyaan alami: bagaimana perbandingan efektivitasnya dengan mengonsumsi bawang putih mentah? Perdebatan bawang putih mentah vs suplemen tekanan darah dan kolesterol melibatkan beberapa faktor.
Dari sudut pandang ilmiah, membandingkan efek bawang putih mentah dengan suplemen adalah tantangan. Bawang putih mentah mengandung alliin dan enzim alliinase yang bereaksi saat dihancurkan untuk membentuk allicin. Allicin dianggap sebagai senyawa bioaktif utama dalam bawang putih mentah, tetapi seperti disebutkan sebelumnya, allicin sangat tidak stabil dan cepat terurai. Jumlah allicin yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung pada cara pengolahan (dipotong, dihancurkan), waktu tunggu sebelum dimasak, dan suhu pemanasan. Memasak bawang putih, terutama dengan suhu tinggi atau durasi lama, dapat menonaktifkan enzim alliinase dan menghancurkan allicin, sehingga sangat mengurangi pembentukan senyawa bioaktif ini.
Di sisi lain, suplemen ekstrak bawang putih yang diolah (AGE) dibuat melalui proses penuaan (aging) bawang putih selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Proses ini mengubah senyawa organosulfur yang tidak stabil (seperti allicin) menjadi senyawa yang lebih stabil dan larut dalam air, seperti S-allyl-cysteine (SAC) dan S-allyl-mercaptocysteine (SAMC). Kandungan senyawa aktif dalam AGE cenderung lebih konsisten dan terstandardisasi dibandingkan dengan bawang putih mentah atau suplemen bubuk/minyak lainnya.
Penelitian yang secara langsung membandingkan efek konsumsi bawang putih mentah versus suplemen ekstrak bawang putih pada tekanan darah dan kolesterol pada manusia masih terbatas. Namun, berdasarkan pemahaman tentang biokimia bawang putih:
- Untuk Tekanan Darah: Studi yang menggunakan ekstrak bawang putih yang diolah (AGE) cenderung memberikan hasil yang lebih konsisten dalam penurunan tekanan darah dibandingkan studi yang menggunakan bentuk lain. Ini mungkin karena kandungan senyawa aktif yang lebih stabil dan terstandardisasi, seperti SAC, yang juga memiliki mekanisme aksi vasodilator. Mengonsumsi bawang putih mentah secara teratur mungkin memiliki efek yang mirip, tetapi standarisasi dosis allicin yang masuk ke dalam tubuh sangat sulit dipastikan karena ketidakstabilannya. Efektivitas bawang putih mentah juga sangat bergantung pada cara mengonsumsinya (mentah, dihancurkan dan didiamkan sejenak sebelum dimakan/dimasak).
- Untuk Kolesterol: Mirip dengan tekanan darah, studi menggunakan AGE sering menjadi sumber data utama mengenai efek suplemen bawang putih terhadap kolesterol. Sementara efeknya mungkin moderat, bentuk ekstrak yang stabil dianggap lebih dapat diandalkan dalam memberikan senyawa aktif dibandingkan bawang putih mentah yang bioavailabilitas senyawa aktifnya bisa sangat bervariasi.
Kesulitan utama dalam membandingkan ini adalah kurangnya studi klinis terkontrol yang membandingkan "dosis" bawang putih mentah yang setara dengan "dosis" suplemen ekstrak bawang putih secara langsung. Kebanyakan studi fokus pada satu bentuk (suplemen) atau hanya mengamati pola makan yang kaya bawang putih tanpa standarisasi jumlah atau cara konsumsi. Oleh karena itu, sementara konsumsi bawang putih secara umum sebagai bagian dari diet sehat pasti bermanfaat (termasuk potensi efek antioksidan dan anti-inflamasinya), sulit untuk secara definitif menyatakan apakah konsumsi bawang putih mentah dalam jumlah tertentu memiliki efek penurunan tekanan darah atau kolesterol yang setara, lebih baik, atau lebih buruk daripada dosis terstandardisasi dari suplemen ekstrak bawang putih.
Dari perspektif bukti ilmiah suplemen bawang putih yang terukur, suplemen ekstrak bawang putih yang diolah (AGE) saat ini memiliki basis penelitian yang lebih kuat untuk klaim efektivitasnya dalam menurunkan tekanan darah (khususnya hipertensi ringan) dan memberikan efek minimal pada kolesterol, dibandingkan dengan klaim yang didukung oleh penelitian terkontrol mengenai bawang putih mentah dalam dosis yang terukur secara klinis.
Dosis, Efek Samping, dan Pertimbangan Penting Suplemen Bawang Putih
Bagi individu yang mempertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen bawang putih, penting untuk mengetahui dosis yang umum digunakan dalam studi, potensi efek samping, dan interaksi dengan obat lain.
Dosis yang umum: Dosis suplemen bawang putih untuk hipertensi atau kolesterol yang digunakan dalam studi bervariasi tergantung jenis suplemennya. Untuk ekstrak bawang putih yang diolah (AGE), dosis umum yang menunjukkan efek positif pada tekanan darah adalah antara 600 mg hingga 1.500 mg per hari, seringkali dibagi menjadi dua atau tiga dosis. Untuk suplemen bubuk bawang putih kering terstandardisasi, dosisnya mungkin sekitar 300 mg, 2-3 kali sehari. Penting untuk selalu mengikuti petunjuk dosis pada label produk atau rekomendasi dari profesional kesehatan.
Potensi Efek Samping: Suplemen bawang putih umumnya dianggap aman bagi kebanyakan orang ketika dikonsumsi dalam dosis yang direkomendasikan. Namun, beberapa efek samping suplemen bawang putih yang paling umum adalah:
- Bau badan dan bau napas yang khas bawang putih. Ekstrak bawang putih yang diolah (AGE) cenderung menghasilkan bau yang kurang menyengat dibandingkan suplemen lain atau bawang putih mentah.
- Gangguan pencernaan, seperti mulas, kembung, gas, mual, atau diare, terutama pada dosis tinggi.
- Reaksi alergi pada individu yang sensitif terhadap bawang putih.
Interaksi Obat: Ini adalah pertimbangan yang sangat penting. Suplemen bawang putih, karena potensi efeknya pada agregasi trombosit (mengencerkan darah), dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, terutama:
- Obat pengencer darah (antikoagulan/antiplatelet) seperti warfarin (Coumadin), clopidogrel (Plavix), aspirin, atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Mengonsumsi suplemen bawang putih bersamaan dengan obat-obatan ini dapat meningkatkan risiko pendarahan.
- Obat untuk HIV/AIDS, seperti saquinavir. Bawang putih dapat mengurangi kadar obat ini dalam darah, mengurangi efektivitasnya.
- Obat lain yang dimetabolisme oleh enzim hati tertentu (sitokrom P450). Bawang putih dapat memengaruhi kerja enzim ini, yang berpotensi memengaruhi kadar obat lain dalam tubuh.
Selain itu, suplemen bawang putih dapat memengaruhi kadar gula darah. Meskipun efeknya mungkin kecil, individu dengan diabetes yang mengonsumsi obat penurun gula darah sebaiknya berhati-hati dan memantau kadar gula darah mereka lebih sering jika mengonsumsi suplemen bawang putih.
Siapa yang Sebaiknya Berhati-hati? Individu yang sedang mengonsumsi obat pengencer darah, memiliki riwayat gangguan pendarahan, akan menjalani operasi (sebaiknya menghentikan konsumsi suplemen bawang putih setidaknya dua minggu sebelum operasi), atau memiliki diabetes sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum memulai suplemen bawang putih. Wanita hamil atau menyusui juga sebaiknya berhati-hati karena data mengenai keamanan pada populasi ini masih terbatas.
Mengonsumsi suplemen bawang putih tidak boleh dianggap sebagai pengganti perawatan medis standar untuk hipertensi atau kolesterol tinggi. Ini dapat menjadi bagian dari pendekatan holistik, tetapi manajemen utama harus tetap mengikuti saran dan resep dari dokter.
Kesimpulan: Merangkum Efektivitas Suplemen Bawang Putih untuk Tekanan Darah dan Kolesterol
Setelah meninjau berbagai bukti ilmiah suplemen bawang putih yang tersedia, kita dapat merangkum efektivitasnya dalam konteks manajemen tekanan darah dan kolesterol. Bukti ilmiah terkini cenderung mendukung penggunaan suplemen ekstrak bawang putih, khususnya ekstrak bawang putih yang diolah (AGE), sebagai terapi komplementer untuk membantu menurunkan tekanan darah, terutama pada kasus hipertensi ringan.
Meta-analisis dan studi klinis menunjukkan bahwa konsumsi teratur suplemen ekstrak bawang putih dalam dosis yang memadai dapat menghasilkan penurunan yang signifikan, meskipun sederhana, pada tekanan darah sistolik dan diastolik. Penurunan ini dianggap relevan secara klinis dan berpotensi mengurangi risiko kardiovaskular pada individu dengan tekanan darah yang sedikit meningkat atau hipertensi ringan.
Namun, bukti mengenai efektivitas ekstrak bawang putih kolesterol menunjukkan efek yang lebih moderat dan kurang konsisten. Sementara beberapa studi melaporkan penurunan kecil pada kolesterol total atau LDL, efek ini umumnya tidak sebesar yang dicapai dengan intervensi gaya hidup atau obat-obatan penurun kolesterol standar. Review suplemen bawang putih kolesterol yang lebih baru cenderung menyimpulkan efek yang minimal atau tidak signifikan secara klinis.
Dalam perbandingan bawang putih mentah vs suplemen tekanan darah dan kolesterol, suplemen ekstrak bawang putih yang diolah memiliki keuntungan dari standarisasi kandungan senyawa aktif (seperti SAC) yang lebih stabil, yang mungkin menjelaskan hasil yang lebih konsisten dalam studi klinis dibandingkan dengan konsumsi bawang putih mentah yang kandungan senyawa bioaktifnya sangat bervariasi tergantung cara pengolahan. Meskipun bawang putih mentah memiliki manfaat kesehatan umum sebagai bagian dari diet, bukti ilmiah yang terukur mengenai efek spesifiknya pada tekanan darah dan kolesterol dibandingkan dengan suplemen ekstrak masih terbatas.
Secara keseluruhan, suplemen bawang putih untuk tekanan darah dan kolesterol dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan, tetapi bukan pengganti terapi medis konvensional. Penting untuk diingat bahwa suplemen tidak menggantikan gaya hidup sehat, termasuk diet seimbang, olahraga teratur, manajemen stres, dan tidak merokok.
Seperti halnya suplemen lainnya, konsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sangat penting sebelum memulai konsumsi suplemen bawang putih, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada, sedang mengonsumsi obat lain, atau memiliki kekhawatiran mengenai potensi efek samping atau interaksi obat.
Untuk mendapatkan informasi kesehatan jantung yang lebih komprehensif, termasuk konsultasi dengan dokter spesialis, Anda bisa mengunjungi situs kami. Di jantungku.com, Anda dapat menemukan berbagai sumber daya, termasuk kalkulator risiko jantung dan informasi mengenai pengelolaan kesehatan jantung, serta opsi untuk berkonsultasi dengan profesional medis.
Referensi
- Ried, K. (2014). Garlic Lowers Blood Pressure in Hypertensive Individuals, Improves Arterial Stiffness and Gut Microbiota: A Review of Randomized Controlled Trials and Proposals on the Mechanisms of Action. Pharmacological Reports, 66(5), 837-847. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25578165/
- Ried, K., Frank, O. R., Stocks, N. P., Fakler, P., & Sullivan, T. (2008). Effect of garlic on blood pressure: A systematic review and meta-analysis. BMC Cardiovascular Disorders, 8, 13. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18565036/
- Ried, K., & Fakler, P. (2014). Potential of garlic (Allium sativum) in lowering high blood pressure: mechanisms of action and clinical implications. Experimental and Therapeutic Medicine, 8(1), 1-10. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25009537/
- Rahman, K., & Lowe, G. M. (2006). Dietary changes and potential of garlic (Allium sativum L.) in cardiovascular disease. Journal of Nutrition, 136(3 Suppl), 736S-740S. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16484545/
- Varshney, R., & Budoff, M. J. (2016). Garlic and Heart Disease. Journal of Nutrition, 146(2), 416S-421S. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26773066/
- Kojuri, J., Bagheri, H., & Mosavat, S. H. (2019). Garlic: a review of potential therapeutic effects on cardiovascular ailments. Iranian Journal of Basic Medical Sciences, 22(12), 1402โ1411. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/31853320/
- Stevinson, C., Pittler, E. H., & Ernst, E. (2000). Garlic for the prevention of cardiovascular disease. Cochrane Database of Systematic Reviews, (3), CD000609. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10908481/
Tanggapan (0 )
โ
โ
โ